Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bisnis Retail Lesu, Faisal Basri: Bukan Cermin Daya Beli Turun

Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan lesunya bisnis retail tidak mencerminkan penurunan daya beli.

30 Oktober 2017 | 21.08 WIB

Faisal Basri menunjukkan medalinya usai mengikuti BRI Mekaki Marathon 2017 di kawasan pantai Mekaki, Sekotong, Lombok Barat, 30 April 2017. Dalam ajang marathon ini, peserta akan disuguhi pemandangan elok kawasan pantai di Sekotong, dan teluk Mekaki. Foto: Alfan Noviar
Perbesar
Faisal Basri menunjukkan medalinya usai mengikuti BRI Mekaki Marathon 2017 di kawasan pantai Mekaki, Sekotong, Lombok Barat, 30 April 2017. Dalam ajang marathon ini, peserta akan disuguhi pemandangan elok kawasan pantai di Sekotong, dan teluk Mekaki. Foto: Alfan Noviar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan lesunya bisnis retail tidak mencerminkan penurunan daya beli. "Harga tidak kompetitif, (retail) mati," katanya saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin, 30 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan Faisal menanggapi fenomena belakangan ini, di mana sejumlah perusahaan retail mengurangi cabang gerai atau bahkan menutup bisnisnya. Penutupan teranyar dilakukan Lotus Department Store pada akhir bulan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Lebih jauh, Faisal melihat salah satu faktor yang menyebabkan bisnis retail lesu karena pertumbuhannya yang banyak secara jumlah, tapi yang membeli itu-itu saja. "Cuma pindah, pindah. Over supply (jadinya). Seleksi alam, satu-dua rontok," katanya.

Faisal menilai sebelumnya pengusaha retail terlihat sangat agresif, berjaya dalam waktu cepat, dan memiliki gerai di sejumlah titik. Padahal, menurut dia, peningkatan daya beli masyarakat tak naik terlalu cepat. "Dengan begitu ada yang ditutup total, ada yang berubah," ucapnya.

Menurut Faisal, bisnis retail yang tidak bertahan juga disebabkan karena terlalu lama berada di zona nyaman dan tidak mengikuti perubahan dunia yang terus bergerak. "Jadi yang mati, silakan mati. Ikhlaskanlah yang mati, karena alamiah."

Namun Faisal mengingatkan pemerintah jangan sampai terkecoh. "Seperti minta tarif listrik turun karena pengunjung mal sepi. Dulu waktu ekspansi tidak memikirkan matang-matang, sekarang minta perlindungan, fasilitas, minta subsidi, keringanan," kata Faisal.

Sekretaris PT Mitra Adiperkasa (MAP) Tbk Fetty Kwartati sebelumnya menyebutkan alasan utama rencana penutupan gerai-gerai Lotus Department Store. Salah satunya karena bisnis brand retail anak perusahaan PT Java Retailindo ini kurang baik. "Bisnis Lotus akan discontinued. Ke depannya tidak akan ada bisnis Lotus lagi," ujarnya ketika dihubungi Tempo, Rabu pekan lalu.

Pernyataan Fetty itu menanggapi rencana penutupan sejumlah gerai Lotus Department Store akhir bulan ini, salah satunya yang berlokasi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Penutupan gerai Lotus, kata Fetty, juga merupakan bagian dari program restrukturisasi unit bisnis departemen store untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus