Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BPOM Temukan Bahan Obat yang Mengandung EG dan DEG Berasal dari Produsen Thailand

BPOM telah mencabut sertifikat CPOB untuk fasilitas produksi milik Yarindo Farmatama dan Universal Pharmaceutical Industry.

31 Oktober 2022 | 17.03 WIB

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito memberi keterangan saat konferensi pers terkait pengawasan obat sirup di kantor BPOM, Jakarta. Minggu, 23 Oktober 2022. Badan POM menyebut ada 23 obat yang aman dari 102 obat yang ditemukan pada sejumlah pasien gagal ginjal. Penny mengatakan tidak seluruh obat sirup ditarik dari peredaran, karena terdapat temuan uji sampling yang tidak tercemar. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Perbesar
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito memberi keterangan saat konferensi pers terkait pengawasan obat sirup di kantor BPOM, Jakarta. Minggu, 23 Oktober 2022. Badan POM menyebut ada 23 obat yang aman dari 102 obat yang ditemukan pada sejumlah pasien gagal ginjal. Penny mengatakan tidak seluruh obat sirup ditarik dari peredaran, karena terdapat temuan uji sampling yang tidak tercemar. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Industri farmasi yang memproduksi obat sirup mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) diduga menggunakan bahan baku propilen glikol yang diproduksi oleh Dow Chemical Thailand. Perusahaan farmasi yang disinyalir menggunakan bahan berbahaya tersebut adalah PT Universal Pharmaceutical Industry dan PT Yarindo Farmatama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito memastikan lembaganya bersama Bareskrim Polri telah menyita barang bukti dari kedua perusahaan. Barang bukti ini akan menjadi jalan masuk bagi BPOM dan Bareskrim menelusuri lebih lanjut sumber-sumber bahan baku produksi obat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Kita akan melihat dan kami juga berkolaborasi dengan baik Dow Chemical Indonesia untuk mencari apakah ini ada unsur pemalsuan dari produk tersebut,” ucap Penny dalam konferensi pers virtual pada Senin, 31 Oktober 2022.

Penny mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan, penelusuran, dan pendalaman terhadap dokumen, karyawan, serta produksi oleh BPOM dan Bareskrim, Yarindo Farmatama membeli bahan baku produksi Dow Chemical Thailand dari distributor PD Budiarta. Dalam perkembangannya dari distributor tersebut, BPOM menemukan serta mengamankan 64 drum propilen glikol produk Dow Chemical Thailand dengan 12 nomor badge yang berbeda. 

“Kemudian terus kita lakukan untuk membuktikan adanya kandungan EG dan DEG di dalam sumber bahan baku yang kita temukan di distributor,” tutur Penny.

Sementara itu, PT Universal Pharmaceutical Industry membeli bahan baku dari distributor lain, yakni Petrologi Construction. Penny menjelaskan dari Universal Pharmaceutical Industry yang beroperasi di Tanjung Mulia, Medan, Sumatera Utara, BPOM telah menyita 18 drum propilen glikol bahan baku. BPOM juga menyita sejumlah dokumen.

Menurut Penny, lembaganya juga akan mencari keterkaitan antar-temuan-temuan tersebut dan melihat aspek legalisasinya. BPOM pun berencana mempelajari dugaan unsur pemalsuan lantaran perkara ini menyangkut sebuah produsen farmasi.

Adapun BPOM telah mencabut sertifikat CPOB untuk fasilitas produksi milik Yarindo Farmatama dan Universal Pharmaceutical Industry. Sertifikat CPOB adalah dokumen bukti sah bahwa industri farmasi telah memenuhi persyaratan dalam membuat satu jenis obat.

Penny menjelaskan pencabutan itu dilakukan seusai BPOM bersama Bareskrim Polri melakukan operasi bersama sejak Senin, 24 Oktober 2022. “Dua industri farmasi itu diduga menggunakan pelarut propilen glikol yang mengandung EG dan DEG di atas ambang batas,” ujar Penny.

Kementerian Kesehatan sebelumnya mengungkapkan kandungan bahan berbahaya yang ada pada obat-obatan menjadi penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak. Hingga beberapa waktu lalu, Kemenkes menyatakan jumlah pasien gangguan ginal berjumlah 245 orang yang tersebar di 27 provinsi. Dari jumlah itu, 141 pasien meninggal dunia, 66 pasien dirawat, dan 38 pasien sembuh.

Untuk menangani kasus ini, Kementerian Kesehatan telah mendatangkan obat Fomepizole dari Singapura dan Australia. Sebanyak 200 vial Fomepizole sumbangan dari perusahaan Jepang PT Takeda Indonesia juga telah tiba di Tanah Air.

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengklaim Fomepizole ampuh menangani kasus gagal ginjal akut pada stadium ringan. Untuk penderita stadium berat, menurut dia, masih memerlukan perawatan secara intensif. 

ANTARA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus