Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BPS: RI Surplus Neraca Perdagangan 58 Kali Berturut-Turut

Kepala BPS mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020

17 Maret 2025 | 12.00 WIB

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam acara Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum dengan Badan Pusat Statistik dalam pemanfaatan data pemilih di Kantor KPU RI, Jakarta, 14 Maret 2025. Tempo/Ilham Balindra
material-symbols:fullscreenPerbesar
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam acara Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum dengan Badan Pusat Statistik dalam pemanfaatan data pemilih di Kantor KPU RI, Jakarta, 14 Maret 2025. Tempo/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Indonesia memperoleh surplus neraca perdagangan sebesar 3,12 miliar dolar AS pada Februari 2025. Angka tersebut diraih berdasarkan perhitungan nilai ekspor sebesar 21,98 miliar dolar AS, dikurangi impor sebesar 18,86 miliar dolar AS di periode yang sama. "Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 17 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bulan lalu, BPS mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 surplus sebesar US$ 3,45 miliar. Adapun surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor Indonesia lebih tinggi daripada nilai impor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 berada di angka US$ 21,45 miliar, dan impor di angka US$ 18 miliar. Menurut Amalia, neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar US$ 3,45 miliar atau naik US$ 1,21 miliar secara bulanan. “Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 17 Februari 2025.

Surplus pada Januari 2025, lanjut dia, ditopang komoditas nonmigas. Penyumbang utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Pada saat yang sama, kata Amalia, neraca perdagangan komoditas migas tercatat mengalami defisit US$ 1,43 miliar. “Di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak,” tuturnya.

Berdasarkan data BPS, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat, India, dan Filipina. Surplus perdagangan dengan ketiga negara tersebut tercatat masing-masing sebesar US$ 1,58 miliar, US$ 0,77 miliar, dan US$ 0,73 miliar.

Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam laporan ini.

Pilihan editor: Petugas Pajak Bintan Disebut Meninggal karena Urus Coretax, DJP: Memiliki Riwayat Penyakit Serius

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus