Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Budi Daya Udang Vaname dengan Microbubble Mulai Rp 20 Juta

KKP mengembangkan budi daya udang vaname dengan teknologi microbubble.

26 Desember 2018 | 16.51 WIB

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja (kiri) dan peneliti teknologi mikrobuble untuk budidaya udang Vaname ultra-intensif, Kukuh Adiyana di kolam budidaya udang BRSDM, Ancol, Jakarta Utara, Rabu, 26 Desember 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Perbesar
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja (kiri) dan peneliti teknologi mikrobuble untuk budidaya udang Vaname ultra-intensif, Kukuh Adiyana di kolam budidaya udang BRSDM, Ancol, Jakarta Utara, Rabu, 26 Desember 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncuran teknologi baru budidaya udang Vaname dengan microbubble ultra intensif. Teknologi tersebut dikembangkan oleh peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Kukuh Adiyana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Kukuh, teknologi ini bisa diterapkan bagi pembudidaya udang baru dengan skala kecil. "Untuk pembudidaya baru, bisa mengaplikasikan teknologi ini dengan biaya Rp 20 juta," kata Kukuh saat ditemui di Laboratorium Kelautan IPB, Ancol, Jakarta, Rabu, 26 Desember 2018.

Kukuh mengatakan nilai Rp 20 juta tersebut dapat digunakan untuk mengaplikasikan teknologi itu dalam usaha pendederan udang vaname. Dengan nilai investasi tersebut, pembudidaya akan mendapatkan kolam filter dengan teknologi microbubble ultra intensif dan delapan kolam berbahan plastik kokoh dengan diameter 3 meter.

Tiap kolam memiliki volume satu meter kubik yang dapat diisi dengan bibit udang vaname sebanyak 12 ribu ekor. Kukuh mengatakan pembudidaya dapat memanen udang setelah 21 hari pendederan dengan jumlah 96 ribu ekor yang memiliki berat 48 kilogram. Harga benih per ekor Rp 35, sedangkan harga jual Rp 100.

Dengan angka itu, Kukuh mengklaim pendapatan kotor pembudidaya mencapai Rp 9,6 juta. Sedangkan keuntungan setelah dikurangin biaya produksi, sebesar Rp 4,7 juta.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja meresmikan peluncuran teknologi baru itu. Menurut Sjarief, saat ini budidaya udang pada umumnya belum dapat memberikan dampak terhadap pembudidaya skala kecil atau rumah tangga, karena sebagian besar masih dikuasai oleh petambak bermodal besar. Masalah lainnya adalah keterbatasan lokasi budidaya karena jauh dari sumber air laut atau payau.

"Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan rekayasa teknologi akuakultur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satunya adalah dengan pengembangan Teknologi Microbubble dengan integrasi Recirculating Aquaculture System (RAS) untuk budidaya udang vaname," kata Syarif.

Lebih lanjut Kukuh mengatakan, teknologi itu dapat dikembangkan dengan kepadatan kurang lebih 1.000 ekor udang vaname per meter kubik, sehingga produktivitas udang yang dihasilkan sangat tinggi. "Sebelum adanya invensi teknologi baru ini, budidaya udang vaname tertinggi pada budidaya supra intensif dengan kepadatan sekitar 400 ekor udang vaname per kubik," kata Kukuh.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus