Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mengungkap insiden pilot dan kopilot Batik Air ID-6723 tertidur saat penerbangan rute Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024 lalu. Untuk mencegah insiden itu terulang, Pengamat Penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia, Gerry Soejatman menyarankan agar pesawat komersial memasang sistem Crew Alertness Monitor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyatakan, bahwa sistem itu bisa menjadi solusi untuk mencegah kejadian pilot yang bablas tidur saat penerbangan. "Saya keingat bahwa ada sebuah sistem yang available bisa dipasang di pesawat untuk mencegah kedua pilot bablas ketiduran," katanya dalam keterangannya, dikutip pada Selasa, 12 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga kini, Crew Alertness Monitor atau CAM belum terpasang dan belum menjadi opsi di semua tipe pesawat komersial. Gerry mengungkapkan, bahwa sistem CAM ini baru ada di pesawat widebody atau long haul, misalnya seperti di Boeing 747-400, Boeing 767-300ER, dan Boeing 777.
Menurut dia, dengan makin banyaknya penerbangan malam untuk jarak pendek dan menengah, semestinya sistem CAM ini perlu dipasang dan dijadikan opsi di semua tipe pesawat komersial. "Kalau tidak pasang CAM ini, ya sebaiknya kalau mau tidur bergiliran," ujarnya.
Nantinya sistem ini bakal memonitor swith action di beberapa tempat, seperti panel autopilot, pengendali display kokpit, EICAS control panel, hingga pengaktifan top of descent.
Cara kerja sistem ini, ucapnya, pesawat bakal mengeluarkan peringatan EICAS untuk mengetahui respons pilot apabila tidak ada aktivitas di switches tersebut. Pilot dapat mematikan peringatan itu dengan memencet salah satu switches yang menyala dan waktu CAM akan kembali direset.
Sebaliknya, jika tidak ada respons dari pilot, sistem CAM ini akan mengeluarkan warning di EICAS display. Pilot dapat mengatur audible alarm pada level yang sesuai untuk alarm laporan, peringatan, dan tanda bahaya.
Adapun waktu CAM dapat diatur dengan membagi dua fase. Pertama, di fase cruising, waktu sistem untuk memonitor adalah 15 hingga 60 menit (default 15 menit) untuk laporan, 15 hingga 75 menit (default 20 menit) untuk peringatan, dan 15 hingga 75 menit (default 25 menit) untuk alarm bahaya.
Sedangkan untuk fase descent, pilot bisa mengatur waktu CAM ini dengan 5 hingga 60 menit (default 5 menit) untuk laporan, 5 hingga 75 menit (default 6 menit) untuk peringatan, dan 5 hingga 75 menit (default 7 menit) untuk alarm bahaya.
Solusi lainnya, kata Gerry, kedua pilot menyetel alarm di gawai, dengan begitu mampu menghindari insiden bablas ketiduran hingga bahan bakar pesawat terlalu tipis.