Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Cobaan amerika

Pejabat as, andrew wechsler menganjurkan indonesia memperbesar ekspor jasa. dibidang perbankan dan konsultansi. defisit perdagangan as diatasi bukan membendung impor, tapi memperlancar ekspor. (eb)

29 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA eksportir komoditi nonmigas tampaknya harus tetap bersiap menghadapi berbagai cobaan yang dirintangkan Amerika. Undang-undang proteksi rancangan Edward Jenkins memang sudah mati. Tapi, awas, apa yang telah dikuburkan itu bisa muncul lagi dalam bentuk lain. Hal itu diungkapkan pejabat AS sendiri, Andrew Wechsler, kepada para anggota Kadin di Jakarta, Senin lalu. Masalahnya, apa lagi, kalau bukan defisit perdagangan mereka yang semakin besar. Bekas dosen di Universitas Stanford dan Universitas San Francisco itu menambahkan bahwa akhir-akhir ini ada pembicaraan di kalangan akademi agar AS keluar saja dari MFA -- perjanjian internasional yang melindungi industri tekstil di negara-negara berkembang tapi merugikan industri tekstil di dalam negeri. Tapi, "Bagaimana Amerika ini: tangan kanannya ingin menguasai pasaran kapas dunia, tapi tangan kirinya ingin membendung impor tekstil?" begitu tanya Ketua Sekbertal (Sekretariat Bersama Pemintalan Indonesia), Aminuddin. Wechsler ternyata tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ahli ekonomi lulusan Universitas Yale itu akhirnya toh menyatakan sikapnya yang antiproteksionisme. Menurut Wechsler, defisit AS harus diatasi bukan dengan membendung impor, melainkan dengan memperlancar ekspor. Tapi, itulah yang belum jalan. Hal itu, antara lain, karena AS sendiri masih terlibat biaya ekonomi tinggi. Misalnya, upah buruh industri baja di sana 22 dolar per jam. Padahal, di Jepang, yang semula hanya 8 dolar, setelah revaluasi yen baru terangkat jadi 18 dolar. Menurut perhitungannya depresiasi dolar sekarang dibandingkan 1985 belum sampai 30% seperti perkiraan orang, melainkan baru sekitar 19%. Wechsler tidak mengatakan bahwa rupiah yang baru saja didevaluasikan perlu direvaluasikan. Namun, pejabat dari komisi yang biasa mengusut praktek-praktek perdagangan tak wajar itu mengatakan, ada ancaman ekspor bakal terganjal karena hak paten industri di sini tidak dilindungi. Halangan itu diduga berupa pengenaan pajak dumping terhadap produk ekspor Indonesia. Wechsler menganjurkan agar Indonesia memperbesar ekspor jasa. Bidang-bidang yang dilihatnya masih lowong antara lain perbankan dan konsultansi. Bank Central Asia dan Bank Bumi Daya memang telah ke AS. Begitu pula toko kelontong Sarinah Jaya. Tapi konsultansi? "Maksud Anda, barangkali supaya kami mengekspor tenaga kerja wanita," ujar seorang pengusaha tekstil. M.W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus