Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Willix Halim menyatakan perseroannya membuka peluang untuk mengakuisisi industri di luar segmen usaha tahun ini. Adapun, BUKA menyatakan masih memiliki dana sisa Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana sebesar Rp 9,3 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami juga terbuka terhadap peluang akuisisi di industri atau sektor lain yang dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan Perseroan dan entitas anak, serta memperkuat portofolio kami,” kata Willix dalam keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 25 Februari 2025. Meski demikian, Willix mengatakan perusahaannya akan tetap fokus untuk mengembangkan investasi sesuai segmen perseroan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Willix mengatakan perseroannya akan terus mengevaluasi peluang-peluang tersebut dengan pendekatan yang hati-hati dan strategis. Langkah ini untuk memastikan bahwa setiap investasi dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perseroan.
Ia juga mengatakan kalau BUKA memiliki tim khusus untuk mengkaji peluang akuisisi. Tim ini menganalisis potensi akuisisi, termasuk menilai potensi pertumbuhan, nilai tambah, serta risiko terkait aksi korporasi tersebut. Tim ini juga bekerja sama dengan berbagai tim internal, seperti tim bisnis, finance, legal dan operasional lainnya dan juga pihak eksternal guna memastikan bahwa setiap analisis yang dilakukan bersifat menyeluruh dan mendalam.
“Pendekatan kolaboratif ini membantu Perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat dan memastikan bahwa setiap akuisisi dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bagi kegiatan usaha,” kata dia.
Pada Januari lalu, BUKA juga mengumumkan akan menutup layanan produk fisik di aplikasi dan situs Bukalapak. Direktur sekaligus CEO BukaFinancial dan Commerce Bukalapak Victor Lesmana memastikan langkah tidak memengaruhi arah bisnis perusahaan. Menurut dia, langkah ini diambil untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat fokus perusahaan pada segmen bisnis yang lebih strategis.
“Perlu kami luruskan, bisnis marketplace maupun e-commerce Bukalapak masih tetap beroperasi. Penutupan layanan produk fisik ini hanya mencakup salah satu bagian dari bisnis marketplace dan e-commerce kami,” ujar Victor dalam Public Expose Insidentil PT Bukalapak.com via zoom meeting, Kamis, 16 Januari 2025.
Victor menjelaskan bahwa bisnis Bukalapak saat ini terbagi menjadi dua segmen utama, yaitu online-to-online (O2O) dan marketplace. Segmen O2O, yang mencakup model bisnis B2B dan B2C, menjadikan Bukalapak sebagai perantara antara pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan mitra Bukalapak dengan pasar e-commerce yang lebih luas. Adapun segmen marketplace terdiri dari model B2C dan C2C, di mana konsumen individu dan bisnis berperan sebagai pembeli dan penjual.
Penutupan layanan produk fisik, menurut Victor, hanya berkontribusi kurang dari 3 persen terhadap total pendapatan Bukalapak berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024. Langkah ini justru akan memberikan dampak positif terhadap keuangan perusahaan. “Biaya operasional untuk layanan produk fisik cukup signifikan. Dengan penghentian ini, kami dapat meningkatkan efisiensi dan memperkuat posisi keuangan,” katanya.