SEKITAR 1.200 pengusaha tanah dan bangunan dari berbagai negara
berkumpul di Jakarta pekan lalu. Para anggota Federasi Real
Estate Internasional (FIABCI) itu tukar menukar pengalaman dalam
kongres tahuran ke-34 di Hotel Mandarin. Opsi sebagai
penyelenggara diperoleh Ciputra di kongres Stockholm 7 tahun
lalu. "Citra kami sebagai pengusaha industri real estate selama
ini ketinggalan dari industri lain di Indonesia," kata Ciputra,
dirut PT Pembangunan Jaya yang menjadi ketua kongres, 29 Mei - 4
Juni itu.
Industri real estate Indonesia terhitung masih muda dibanding
banyak negara lain. Real Estate Indonesia (REI) sendiri
terbentuk baru tahun 1972. Di zaman Belanda sebenarnya sudah ada
real estate yang antara lain membangun kompleks perumahan di
daerah Menteng, Jakarta. Baru pada 1960 pemerintah DKI mulai
mendirikan otorita perumahan. Kemudian muncul kaum swasta minta
jatah otorita. Mula-mula PT Pembangunan Jaya yang mendirikan
kompleks perumahan Slipi (akhir 1960-an), yang disusul berbagai
perusahaan dengan membangun kompleks Cempaka Putih, Pulo Mas,
dan lain-lain. Jumlah perusahaan real estate swasta kini
mencapai 280 (80% di Jakarta).
Citra industri ini sering digambarkan sebagai penggusur rumah
rakyat kecil, dan pembangun rumah dan gedung mewah. Tapi berkat
keluarnya peraturan pemerintah tentang keharusan membangun rumah
dengan perbandingan 1 kelas mewah, 3 kelas menengah dan 6 kelas
sederhana -- di zaman Gubernur Ali Sadikin -- citranya mulai
diperbaiki. "Para anggota REI kini sudah membangun 82.000 rumah
kelas BTN, 13.000 kelas kredit PT Papan Sejahtera, dan 4.000
rumah besar," kata Ketua REI Soekardjo Hardjosoewirjo. Jadi
perbandingan bukan lagi 6:3:1, melainkan 8:1:1/2.
Resesi ternyata kecil pengaruhnya bagi industri real estate
dalam maupun luar negeri. Permintaan masih lebih banyak dari
penawaran, kecuali di Hongkong yang kelebihan penawaran flat
mewah dan gedung perkantoran. Permintaan akan rumah masih sangat
tinggi. Misalnya, dulu di Jepang satu rumah bisa ditempati tiga
turunan, seperti masih berlaku di beberapa daerah Indonesia.
Keluarga muda Jepang kini tak mau campur dengan keluarga suami
atau istri, walaupun tinggal dalam flat ukuran 6 tikar (10 mÜßÿFDË'
Mitsui, perusahaan multinasional terkemuka yang juga bergerak
dalam real estate, tahun lalu membangun 2.541 unit rumah
terpisah, dan 1.923 unit condominium (flat) di Jepang.
Perusahaan yang dipimpin ketua FIABCI 1982-1983, Hideo Edo, 80
tahun itu, memperoleh keuntungan sekitar Rp 600 milyar tahun
1982, naik 8,3% dibandingkan keuntungan tahun sebelumnya. Rumah
yang dibangun Mitsui berharga antara Rp 20 dan 80 juta yang
terjangkau kalangan menengah Jepang (90%).
"Kalangan yang tak mampu bisa menyewa flat," kata Hideo Edo
kepada TEMPO. Sekarang ini di Jepang, seorang karyawan yang
ingin membeli rumah berhak mendapatkan 3 bulan gaji dibayar di
muka. Dengan tabungan minimum 1 tahun gaji kotor, ia bisa pinjam
sebesar tabungannya dari Perusahaan Peminjaman Perumahan dengan
bunga antara 8 dan 10%, dengan jangka pengembalian 20-30 tahun.
Jadi bunganya masih di bawah PT Papan Sejahtera, yang 15%.
REI sebenarnya bisa juga belajar dari sistem yang berlaku di
Venezuela. Menurut Ketua Asosiasi Manajer Property (ANAI)
Venezuela, Dr. Domingo Sosa Brito, "UU Perumahan di negeri kami
senantiasa dikembangkan dan diubah." UU Perumahan Venezuela,
misalnya, mengharuskan ada unit-unit bagi keluarga polisi di
kompleks sehingga keamanan bisa diawasi.
Banyak cara dan usaha menguntungkan dikemukakan juga dalam
kongres FIABCI ini. Beberapa hal yang mulai berkembang di
Indonesia seperti bisnis broker dan franchise perumahan,
perusahaan juru taksir gedung dan rumah, dan bisnis motel yang
bukan disewakan untuk "kamar anu" seperti di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini