SEORANG perempuan paruh baya turun dari sebuah sedan di pintu depan Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu. Dandanannya ringkas. Bercelana panjang, blus kasual, dan sepatu olahraga. Ia menunggu temannya yang mengendarai mobil Kijang di belakangnya. ?Tunggu ya, Mbak. Aku parkir dulu di basement,? ujar si teman.
Jangan salah tebak, keduanya bukan anggota ibu-ibu arisan yang sedang janjian belanja. Mereka bagian dari sekitar 150 wanita yang tergabung dalam Suara Hati Ibu, yang hari itu punya satu acara: unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia menentang kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, dan telepon. Agenda aksi itu dilakukan spontan. ?Semalam kami kumpul dengan kelompok ibu-ibu, dan tiba-tiba mereka ingin melakukan aksi hari ini,? kata Ade Rosina Sitompul, aktivis Komnas Perempuan, yang turun mengkoordinasi aksi.
Berbagai kelompok masyarakat memang turun ke jalan sepanjang pekan lalu. Kota-kota besar di Indonesia praktis dikepung aksi menolak kebijakan kenaikan harga. Seperti biasa, sebagian besar demo dilakukan oleh mahasiswa, baik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), organisasi mahasiswa ekstrakampus seperti HMI, GMNI, atau PMII, maupun kelompok aksi seperti Famred atau LMND.
Di Makassar demo mahasiswa sudah berlangsung sejak Sabtu dua pekan lalu. Dua hari setelah pemerintah mengumumkan beleid kenaikan, unjuk rasa berlangsung panas. Sekitar 100 mahasiswa Universitas 45 sempat menyandera sebuah truk tangki minyak?sebuah modus aksi yang lantas ditiru banyak mahasiswa di kota lain. Upaya paksa polisi membebaskan truk berbuntut bentrokan. Tapi tak ada korban atau mahasiswa ditangkap.
Penangkapan mahasiswa terjadi hari Senin. Tuntutan 500 demonstran yang turun ke jalan hari itu melebarkan tema berupa penurunan Presiden Megawati Soekarnoputri. Selain berorasi, mereka mencoret gambar Presiden. Akibatnya, dua orang ditangkap polisi. Meski dua hari kemudian dibebaskan, Kepala Kepolisian Resor Kota Makassar Timur, Ajun Komisaris Besar Polisi Eko Supriyanto, mengatakan akan meneruskan proses hukumnya dengan tuduhan penghinaan terhadap Kepala Negara. ?Mereka bisa diancam hukuman penjara 6 tahun,? katanya.
Proses penangkapan serupa dialami oleh 18 mahasiswa pendemo yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional Demokrat Samarinda. Penyebabnya adalah poster wajah Presiden dengan kata ?anjing? di bawahnya yang mereka usung. Mereka dijerat dengan Pasal 134, 154, dan 155 KUHP tentang penghinaan Kepala Negara dan percobaan penggulingan pemerintahan yang sah, dengan hukuman penjara maksimal 7 tahun. ?Apa tidak ada kata yang lebih santun?? ucap Kepala Kepolisian Kota Besar Samarinda, A.K.B.P. Setyanto.
Selain di ibu kota Sulawesi Selatan, aksi panas terjadi di Jakarta dan Karawang. Dua kali insiden bentrok antara polisi dan pendemo terjadi di Jakarta, Kamis lalu, di depan Istana Merdeka dan di dekat kampus Universitas Moestopo. Kapolres Jakarta Selatan, Komisaris Besar Abdur Rachman, sempat menjadi korban pemukulan. Sedangkan dua anak buahnya harus dilarikan ke rumah sakit karena terkena batu di bagian kepala. Situasi terbalik terjadi di Karawang. Nurul Khotimah dan Muhammad Arif Alhamdi, dua mahasiswa yang turut unjuk rasa di depan kantor Bupati, diterjang peluru karet.
Meski tak kalah panas, di Surabaya demo mahasiswa sempat diwarnai kejadian lucu. Aksi massa HMI di Jalan Gubernur Suryo hendak diakhiri dengan sajian aksi membakar replika wanita bertubuh subur. Sejumlah polisi berlarian untuk mengingatkan tindakan itu sebagai penghinaan terhadap simbol negara. Para pendemo berkelit. ?Ini bukan patung Megawati yang presiden itu! Kan tidak ada tulisannya.? Jadilah, patung kertas itu terbakar dengan aman.
Satu hal yang menarik dari aksi demonstrasi kali ini adalah turunnya pemain baru: duet pengusaha dan buruh. Kepentingan yang sama rupanya bisa menyatukan dua kelompok yang biasanya tak pernah satu suara ini. Sampai kapan ?kemesraan? itu bakal berlangsung? Benny Sutrisno, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia, sambil tertawa mengatakan, ?Sampai pemerintah ngeh.?
Prasidono L. dan Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini