HUTOMO Mandala Putra tak henti-henti melebarkan bisnisnya. Putra kelima Presiden Soeharto itu kini terjun di bisnis bahan peledak. Melalui perusahaannya, PT Bina Reksa Perdana, Hutomo bekerja sama dengan Oiltech Service Singapore. Dan Tommy -- panggilan akrab Hutomo -- akan menggandeng PT Dahana, BUMN yang memegang monopoli pembuatan bahan peledak. Pada tahap pertama akan ditanamkan Rp 8 miliar, sementara kerja sama itu meliputi proses produksi, pemasaran, dan pemenuhan bahan peledak untuk sumber minyak di dasar laut dan daratan. Impor bahan baku dinamit, seperti ketentuan Pemerintah, tetap dimonopoli Dahana. Sedangkan PT Bina Reksa Perdana bertindak sebagai produsen dengan teknologi dari Oiltech Service Singapore. Produksinya dimulai awal Juni ini. Soal pasar tak ada masalah, karena sudah datang pesanan dari Myanmar, Australia, Irak, dan India, dengan nilai US$ 4 juta lebih. "Pokoknya, Dahana tak boleh rugi. Kalau rugi, kami yang tutup," kata Tonny Hardianto, Direktur Utama PT Bina Reksa Perdana. Didirikan sepuluh tahun lalu, PT Bina Reksa Perdana, yang sahamnya dipegang Tommy (55%) dan Tonny Hardianto (45%), pada awalnya bergerak di perdagangan biji sawit. Kini perusahaan itu menangani banyak komoditi, mulai dari garmen, batu bara, cengkeh, hingga bahan peledak. Bahkan mereka juga aktif di bidang perawatan mesin pesawat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini