BELAJAR dari pengalaman bahwa mencuci kapal tangker itu boros devisa, kini Pertamina membuka usaha jasa pembersihan kapal tangker. Salah satu anak perusahaan Pertamina, PT Pateka Karya Gapura, ditunjuk untuk membuka bisnis jasa ini. Kendati modalnya relatif kecil (Rp 7 miliar), Pateka menggandeng tiga mitra: PT Habindo Satria Perkasa, PT Natrifa Putra Indonesia, dan Blue Bird International dari Hong Kong. Berapa saham masing-masing, belum dijelaskan. Namun, menurut Dirut PT Pateka, R. Agus Yogaswara, masing-masing sudah ditentukan tugasnya. Pateka akan menjadi pengelola bisnis cleaning service ini. Natrifa, milik Dwi Harnadi B. Singgih, putra Jaksa Agung Singgih, sebagai pendukung seluruh keuangan, sedangkan Bluebird International sebagai penanggung jawab urusan pemasaran. Adapun PT Habindo, milik Satoto Habibie, kabarnya, diandalkan agar bisa memperoleh izin Otorita Batam. Maklum, Habindo adalah pemegang izin operasi dari otorita Batam yang diketuai Menteri Habibie, adik kandung Satoto. Sebenarnya, beberapa perusahaan sudah mencoba meminta izin serupa -- termasuk BUMN PT Koja Bahari yang sudah berpengalaman -- tapi gagal. Yogaswara, bekas Direktur PT Pertamina Tongkang, tidak membantah hal itu. Namun, katanya, untuk membuka jasa di Batam dibutuhkan biaya, peralatan, tenaga kerja, serta tanggung jawab yang besar. Dirut PT Pateka itu mengatakan, tenaga kerja tetap, dibutuhkan 650 orang. "Kalau sehari ada 4 tangker perlu dicuci, kan repot cari orang," kata Yogaswara. Perusahaan ini siap beroperasi awal Juni 1994, dengan target melayani 65.000 kapal per tahun dan memproyeksikan pendapatan Sin$ 39 juta per tahun. Dewasa ini, Pertamina masih memiliki 20 tangker berukuran 35.000-80.000 dwt. Kalau dibersihkan di Singapura, setiap kapal menghabiskan biaya Sin$ 100.000- 800.000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini