Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Daya Beli Kaum Atas Masih Tinggi, Pengusaha Tingkatkan Produksi Baju Lebaran

Penurunan konsumen dari kalangan ekonomi menengah terjadi seiring dengan lesunya daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi yang tidak pasti.

7 Maret 2025 | 09.24 WIB

Founder Kami, Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini/Foto: Doc. Pribadi
Perbesar
Founder Kami, Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini/Foto: Doc. Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desainer fesyen Istafiana Candarini menilai daya beli masyarakat menengah ke atas masih bergairah bahkan cenderung meningkat setiap bulannya. Pemilik brand Kami Idea itu mengatakan permintaan pasar selama Ramadan ini diprediksi meningkat hingga 80-100 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami hari ini sedang bersiap diri, karena permintaan melonjak berpuluh kali lipat jadi produksi juga sedang kami gencarkan," kata Istafiana saat menghadiri acara Indonesian Muslim Market Outlook 2025 di Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebagai pemilik bisnis fesyen yang pasar utamanya kaum menengah ke atas, ia mengatakan penjualan di Ramadan kali ini lebih ramai dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.  Ia menargetkan penjualan paling sedikit bisa 80 persen lebih banyak dibandingkan bulan lalu. 

"Tapi bagi kami, Ramadan ini jadi satu momen dan lumayan meningkat, peningkatan ditargetkan bisa 80 persen," tuturnya. 

Ia mengatakan penurunan konsumen dari kalangan ekonomi menengah terjadi seiring dengan lesunya daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi yang tidak pasti. Selain itu, ia juga berpendapat hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya populasi menengah atas yang turun ke kategori menuju menengah bawah dan miskin. 

"Daya beli lumayan menurun karena banyak berkurang drastis populasi menengah ya," kata dia. Berbanding terbalik dengan kaum menengah ke atas. "Tapi di kalangan atas justru meningkat setiap bulannya."

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, populasi kelas menengah menurun secara konsisten sejak pandemi Covid-19 pada 2019, dari 57,33 juta (21,45 persen) pada 2019 menjadi 47,85 juta (17,13 persen) pada 2024. Artinya, ada sekitar 9,48 juta orang yang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah.

Keberadaan kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,35 persen dari total penduduk Indonesia, dengan proporsi konsumsi pengeluaran mencapai 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, kelas menengah memiliki peran krusial sebagai bantalan ekonomi nasional.

Linda Lestari berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus