Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank DBS Indonesia angkat bicara mengenai kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.000 karyawan DBS Group.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Head of Group Strategic Marketing & Communications (GSMC) Bank DBS Indonesia Mona Monika mengungkapkn, rencana pemangkasan karyawan itu hanya menyasar karyawan kontrak yang tidak akan diperbaharui perjanjian kerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami memperkirakan bahwa artificial intelligence (AI) dapat mengurangi kebutuhan untuk memperbarui sekitar 4.000 karyawan kontrak dan alih daya di 19 pasar kami yang bekerja pada proyek tertentu,” ujar Mona dalam jawaban tertulis kepada Tempo, Jumat, 28 Februari 2025.
Kendati demikian, Mona tidak menjelaskan secara detail jumlah karyawan kontrak di dalam negeri yang bakal terdampak rencana PHK itu.
Ia hanya menyampaikan perusahaan, yang merupakan bagian dari kelompok usaha DBS Group, ini berharap pengurangan tenaga kerja itu akan terjadi secara alami. Hal ini, lanjut dia, seiring dengan selesainya peran kontrak dan alih daya dalam beberapa tahun ke depan. “Staf tetap kami di seluruh pasar tidak akan terdampak,” katanya.
Bank DBS, tutur Mona, memastikan akan berinvestasi dalam peningkatan dan pengasahan keterampilan bagi karyawan agar mereka siap menghadapi masa depan. Perusahaan pun telah mengidentifikasi sekitar 13 ribu karyawan untuk program tersebut. “Hingga saat ini, lebih dari 10 ribu karyawan telah memulai peta pembelajaran mereka, termasuk keterampilan seperti AI dan data,” tutur Mona.
Sebelumnya, perusahaan jasa keuangan asal Singapura, DBS Group, mengumumkan akan melakukan PHK terhadap 4.000 karyawan selama tiga tahun mendatang. Penyebabnya adalah penyesuaian menghadapi perkembangan kecerdasan buatan atau AI.
Chief Executive Officer (CEO) Piyush Gupta mengatakan artificial intelligence bakal semakin banyak mengambil alih peran yang dilakukan manusia. Akan ada 1.000 posisi baru yang digantikan kecerdasan intelektual.
“Selama 15 tahun saya menjadi CEO, untuk pertama kalinya saya kesulitan untuk menciptakan lapangan kerja. Selama ini, saya selalu memiliki pandangan pekerjaan apa yang bisa saya ciptakan? Kali ini saya kesulitan mengatakan bagaimana bisa memanfaatkan orang untuk menciptakan pekerjaan,” ucap Gupta seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 26 Februari 2025.
Gupta adalah salah satu petinggi perbankan besar pertama yang menjelaskan rincian kemungkinan hilangnya pekerjaan karena AI.
Menyitir laman resminya, DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia dengan kehadiran di 19 pasar. Berkantor pusat di Singapura, DBS memiliki tiga poros utama pertumbuhan, yakni Tiongkok Raya, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.
Ilona Estherina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.