Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mencatat bahwa perusahaan rintisan (startup) perikanan eFishery berkontribusi sebesar Rp 3,4 triliun atau setara 1,55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor akuakultur Indonesia pada 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami menghitung dari Kabayan (layanan keuangan), eFeeder (teknologi pemberi pakan otomatis), market accessibility dari platform dan berbagai produk eFishery, ditambah multiplier sehingga menjadi 1,55 persen dari PDB akuakultur yang mencapai Rp 219 triliun,” ucap Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Paksi Walandaouw dalam acara eFishery Impact Report 2022 di Jakarta, Rabu, 29 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paksi mengatakan melalui kehadiran eFishery yang selalu menghadirkan inovasi berbasis teknologi, ditemukan peningkatan taraf hidup, bisnis, dan produktivitas setelah bergabung dengan ekosistem eFishery bagi para pembudidaya ikan dan penambak udang.
CEO eFishery Gibran Huzaifah menuturkan eFishery berkomitmen untuk memberikan kontribusi dan mengembangkan industri akuakultur di Indonesia bersama dengan pembudidaya serta pemangku kepentingan lainnya.
“Untuk itu, kami telah hadir membantu dalam mengatasi permasalahan mendasar melalui penyediaan teknologi yang terjangkau dan mengurangi ketimpangan sosial melalui ekonomi digital yang inklusif selama hampir 10 tahun kami berdiri,” tutur Gibran pada kesempatan yang sama.
Raih Pendanaan Seri C Sebesar Rp 1,3 Triliun
Berdasarkan catatan Tempo, pada awal 2022 eFishery mendapatkan suntikan dana sebesar US$ 90 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Suntikan ini berasal dari berbagai perusahaan global seperti Temasek, SoftBank Vision Fund 2, Sequoia Capital India hingga perusahaan ventura dalam negeri seperti Northstar Group dan Go-Ventures.
eFishery pada saat itu akan menggunakan uang US$ 90 juta yang merupakan hasil pendanaan seri C dari berbagai perusahaan ventura untuk membangun ekosistem perikanan digital di Indonesia yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Keseluruhan 100 persen dana itu untuk membangun industri perikanan Indonesia," kata CEO eFishery Gibran Huztaifah pada Bincang Bahari: Peluang Investasi Usaha Kelautan dan Perikanan 2022 di Media Center KKP, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Januari 2022.
Gibran menilai investasi kelautan dan perikanan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Oleh karena itu, dana investasi dari berbagai perusahaan ventura tersebut akan digunakan mulai dari sisi hulu sampai hilir.
Di sektor hulu, misalnya menciptakan suatu produk, membangun teknologi pembudidayaan perikanan, akses pembiayaan, dan pengembangan pakan. Sementara di sektor hilir eFishery akan membangun rantai bisnis seperti rantai distribusi, rantai pasok hingga membangun jaringan pasar ekspor.
Dia mengatakan eFishery telah memiliki sejumlah pelanggan di beberapa negara untuk menjual produk perikanannya, khususnya udang.
"Prospeknya masih banyak di Sulawesi. Kita masih terbuka untuk eksplor wilayah lain tapi Sulawesi masih jadi prioritas utama," katanya.
Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya ikan terbesar di dunia tapi sumber daya tersebut belum banyak dioptimalkan.
Bahkan dia menilai langkah KKP merevitalisasi 45 ribu hektare tambak udang tradisional menjadi modern sangat tepat karena volume produksi bisa bertambah dan kelestarian lingkungan bisa tetap terjaga.
"Kalau kita ngomongin budidaya, Indonesia ini paling besar. Sayangnya prosesnya selama ini tidak dikelola secara profesional. Nah dengan adanya program tersebut sangat tepat karena potensi market global sangat besar dan kita cukup kompetitif. Asal, kita mengelola ini bersama-sama secara profesional, sehingga hasilnya optimal," katanya.
Sebagai informasi, saat ini ekosistem eFishery telah digunakan oleh lebih dari 70 ribu pembudidaya di 280 kota/kabupaten di Indonesia. Jumlah ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan masih terbukanya potensi pengembangan budidaya ikan dan udang di Indonesia.
HANIFAH DWIJAYANTI | MUTIA YUANTISYA