Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Evaluasi Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis, Terbaru di Sumatera Selatan dan NTT

Catatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) soal keracunan makanan di Nunukan, Sukoharjo, Empat Lawang, dan Sumba Timur. Bagaimana evaluasinya?

21 Februari 2025 | 16.20 WIB

Para guru menarik kembali makanan yang tersisa proyek Makan Bergizi Gratis di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, 16 Januari 2025. ANTARA/Aris Wasita
Perbesar
Para guru menarik kembali makanan yang tersisa proyek Makan Bergizi Gratis di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, 16 Januari 2025. ANTARA/Aris Wasita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menyebabkan keracunan setelah sebelumnya juga terjadi pada pertengahan Januari lalu. Kali ini kejadiannya dalam dua hari berturut-turut, yakni di Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan dan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Di Empat Lawang, delapan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tebing Tinggi mengalami sakit perut usai menyantap menu MBG kloter ketiga yang diluncurkan pada Senin, 17 Febuari 2025. Sedangkan keracunan makanan MBG di Sumba Timur terjadi pada Selasa, 18 Februari 202, menyebabkan 29 murid SD Katolik Andaluri dilarikan ke Puskesmas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Insiden ini mengundang tanya, sebab kala kejadian pada Januari lalu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menuturkan peristiwa tersebut menjadi evaluasi penting bagi Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan MBG. Pemerintah menyatakan akan memperketat prosedur operasional standar atau SOP.

“Kejadian semacam ini akan menjadi evaluasi yang amat penting bagi BGN untuk memperketat pelaksanaan SOP dalam setiap rantai penyiapan MBG sehingga kualitas dan kehigienisan makanan bisa terjamin,” kata Hasan di Jakarta pada Kamis, 16 Januari 2025, seperti dikutip dari Antara.

Kejadian keracunan MBG di Empat Lawang dan Sumba Timur belum lama ini menambah deretan kasus serupa, berikut rangkuman peristiwanya:

1. MBG di Nunukan Selatan

Berdasarkan penelusuran Tempo, kasus keracunan MBG terjadi pada pertengahan Januari lalu di SDN 003 Nunukan Selatan, Kalimantan Utara. Sedikitnya 29 murid dilaporkan sakit dan diare setelah mengonsumsi makanan dari program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Kepala SDN 003 Nunukan Selatan Hairuddin mengungkapkan keracunan diduga berasal dari lauk yang sudah basi dalam menu ayam kecap yang disajikan pada Senin siang, 13 Januari 2025 itu. Sejumlah guru yang ikut mengonsumsi makanan tersebut juga mengalami sakit perut.

“Kami, pihak sekolah menduga, menu pengantaran makan pagi yang tidak habis, dibagikan untuk menu pengantaran siang. Karena memang ada lauk yang basi, ada juga yang masih bagus,’’ ungkap Hairudin, kepada media, Kamis, 16 Januari 2025.

Tak hanya di SDN 003 Nunukan Selatan, keracunan ternyata juga terjadi di SMAN 2 Nunukan Selatan. Menurut penuturan Bagian Kesiswaan SMAN 2 Nunukan Selatan, Burhan, lebih dari 30 siswa dilaporkan alami gejala mual dan mencret akibat menu ayam kecap yang dibagikan pada Senin, 13 Januari 2025 tersebut.

“Ada lebih dari 30 siswa-siswi yang mencret saat itu. Menu yang sama, dan hari yang sama juga dengan kasus di SDN 03 Nunukan Selatan kemarin,” kata Burhan saat dihubungi media, Ahad, 19 Januari 2025.

Di sisi lain, kejadian keracunan MBG di Nunukan Selatan justru dibantah oleh Kepala BGN Dadan Hindayana. Pihaknya memastikan tidak ada keracunan menu MBG setelah memeriksa kejadian itu. Ia juga memastikan dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) aman.

“Enggak ada (kejadian keracunan). Itu hanya satu orang yang menemukan sesuatu dan itu tidak ada kejadian,” kata Dadan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Januari 2025. “Sudah tahu dan itu tidak ada kejadian. Aman, aman (dapurnya).”

2. MBG di Sukoharjo

Tak lama berselang setelah kejadian di Nunukan Selatan, keracunan makanan MBG juga terjadi di Sukoharjo, Jawa Tengah pada Kamis, 16 Januari 2025. Sebanyak 40 murid SDN Dukuh 03 Sukoharjo, dilaporkan mengalami keracunan usai menyantap MBG. Diduga para murid keracunan makanan yang belum matang.

“Tadi langsung ditangani oleh petugas, dan langsung diberi obat. Alhamdulillah langsung tertangani,” kata Kepala SDN Dukuh 03 Lilik Kurniasih.

Menanggapi itu, Kepala BGN mengatakan kasus 40 murid mengalami keracunan MBG di Sukoharjo disebabkan kesalahan teknis. Dadan membantah ada pelanggaran SOP saat pengolahan makanan. Pun, para korban yang keracunan segera tangani petugas Puskesmas dan sudah sembuh.

“Hanya kesalahan teknis saja. Semua sudah diselesaikan, hanya human error yang sudah terjadi dan sudah diatasi. Sehingga anak-anak yang kemarin keracunan sekarang sudah sekolah lagi,” kata Dadan usai rapat membahas program MBG di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 17 Januari 2025.

3. MBG di Empat Lawang

Delapan murid SDN Tebing Tinggi dilaporkan mengalami sakit perut usai menyantap menu MBG kloter ketiga yang diluncurkan pada Senin, 17 Febuari 2025. Kepala Dinas Kesehatan atau Dinkes Sumatera Selatan, dr Trisnawarman membenarkan kejadian tersebut.

Dinkes Sumsel mencatat, ada sebanyak delapan anak (6 perempuan dan 2 laki-laki) yang mengalami gejala awal muntah-muntah, nyeri ulu hati, pusing, sakit perut dan sesak nafas. Delapan murid dari SDN 7 Tebing Tinggi, dengan rincian 7 siswa dari kelas 3 dan 1 siswa dari kelas 4.

“Ada laporannya, sebanyak 8 orang siswa dengan kondisi mual, muntah, pusing dan mendapatkan perawatan di IGD Puskesmas Tebing Tinggi. Tapi hari ini 7 siswa sudah pulang pada pukul 09.00 pagi tadi dan masih ada satu siswa yang masih dirawat,” kata dr Trisnawarman saat dikonfirmasi Tempo melalui pesan Whatsapp, Rabu, 19 Febuari 2025.

Saat dikonfirmasi ke Kapolres Empat Lawang AKBP Aziz Septiadi mengatakan telah menghentikan program MBG di Kabupaten Empat Lawang, atau tepatnya di Tebing Tinggi, imbas dari delapan siswa yang mengalami keracunan makanan. “Untuk sementara (dihentikan),” kata dia saat dikonfirmasi Tempo.

Sementara itu, sebelum kasus sejumlah anak mengalami sakit perut, beberapa video sempat viral di media sosial yang menunjukkan sejumlah murid di sebuah sekolah enggan menyantap MBG yang diberikan, dikarenakan tidak layak makan. Dalam video, memperlihatkan sejumlah makanan yang berulat dan buah yang asam.

“Ya benar, ada kejadian temuan diduga ulat dan lauk basi di penyaluran MBG di SD Negeri 7 Tebing Tinggi,” kata Azis.

Adapun Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Palembang menerima sample menu MBG di Empat Lawang yang sebabkan delapan siswa keracunan. Kepala BBPOM Palembang Yanni Ardianti mengatakan, sample itu telah masuk ke proses uji klinis dan analisis laboratorim. Nantinya, hasil dari pengecekan tersebut akan kembali diberikan ke pihak pengirim sample.

“Sampel tersebut masih dalam proses untuk dilakukan pengujian. Hasil uji belum dapat diberikan dan jikapun telah selesai uji, maka hasil uji akan disampaikan melalui pemilik sampel (Polres Empat Lawang),” kata Yanni saat dihubungi pada Rabu.

4. MBG di Sumba Timur

Sehari setelah kejadian di Empat Lawang, sebanyak 29 murid SD Katolik Andaluri di Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT juga keracunan MBG pada Selasa, 18 Februari 2025. Para korban dilarikan ke Puskesmas setelah mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sakit perut usai menyantap makanan dari program MBG.

“Polres Sumba Timur telah bergerak cepat mendatangi lokasi pada Selasa, 18 Februari 2025, pukul 12.00 Wita,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda NTT, Komisaris Besar Polisi Hendry Novika Chandra kepada media, Rabu, 19 Februari 2025.

Berdasarkan keterangan pihak sekolah, awalnya hanya sejumlah siswa yang mengeluhkan makanan terasa basi dan tidak enak. Yak lama setelahnya, jumlah siswa yang mengalami mual dan muntah semakin bertambah. Untuk memastikan penyebab pasti insiden ini, Polres Sumba Timur bersama BPOM NTT telah mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.

“Sampel tersebut telah dibawa ke BPOM Provinsi NTT di Kupang untuk uji laboratorium. Penyelidikan masih berlangsung, dan kami akan memberikan informasi lebih lanjut sesuai hasil pemeriksaan,” kata Hendry.

Eka Yudha Saputra, Yuni Rohmawati, Sapto Yunus, Septia Ryanthie, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus