Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Freeport Latih Nelayan Olah Hasil Tangkap dan Kelola Keuangan

PT Freeport Indonesia melaksanakan berbagai program untuk memberdayakan nelayan suku Kamoro dan nelayan dari suku lain di pesisir Kabupaten Mimika.

23 Februari 2019 | 16.14 WIB

Warga saat melakukan aktifitas dulang emas dari air pembuangan limbah tailling PT Freeport yang mengalir melalui Sungai Otomona, Mil 38, Kualakencana, Timika Papua, 28 Oktober 2016. Perharinya warga dapat mendulang emas sebanyak setengah gram emas dengan biaya sewa lahan Rp 100 ribu perbulannya. TEMPO/Subekti
Perbesar
Warga saat melakukan aktifitas dulang emas dari air pembuangan limbah tailling PT Freeport yang mengalir melalui Sungai Otomona, Mil 38, Kualakencana, Timika Papua, 28 Oktober 2016. Perharinya warga dapat mendulang emas sebanyak setengah gram emas dengan biaya sewa lahan Rp 100 ribu perbulannya. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia melaksanakan berbagai program untuk memberdayakan nelayan suku Kamoro dan nelayan dari suku lain di pesisir Kabupaten Mimika melalui program pengembangan komunitas.

Baca juga: Freeport Sarankan Eks Karyawan Tempuh Jalur Hukum

"Potensi perikanan di pesisir Kabupaten Mimika cukup tinggi, namun belum termanfaatkan secara penuh akibat kendala akses transportasi dan pasar, sarana produksi, dan rendahnya kapasitas tangkap," kata Manajer Community Economic Development PT Freeport Indonesia, Yohanes Bewahan, dalam siaran pers yang diterima Antara, di Jakarta, Sabtu, 23 Februari 2019.

Hal itulah, lanjut dia, yang menjadi alasan Freeport melakukan program pendampingan terhadap para nelayan yang ada di pesisir pantai Kabupaten Mimika.

Dalam melaksanakan program tersebut Freeport berkolaborasi dengan Koperasi Maria Bintang Laut (KMBL) yang bernaung di bawah Keuskupan Mimika dan Dinas Perikanan Kabupaten Mimika.

Menurut Yohanes, kolaborasi dalam memberdayakan nelayan dan penguatan industri perikanan di Kabupaten Mimika ini dilakukan secara terstruktur sejak 2005. Sejumlah program yang dilaksanakan mencakup perikanan tangkap serta perikanan budi daya.

Untuk perikanan tangkap, beberapa program yang dilaksanakan meliputi pelatihan pengolahan ikan hasil tangkap sebagai bahan pangan, pelatihan perbaikan motor tempel, pelatihan pembuatan perahu nelayan menggunakan bahan fiberglass, pelatihan perbaikan jaring, serta bantuan alat tangkap nelayan.

Sementara untuk perikanan budi daya, beberapa program dilaksanakan di antaranya mencakup pelatihan budi daya ikan air tawar serta pelatihan budi daya kepiting bakau.

Yohanes mengatakan dukungan yang diberikan Freeport bersifat menyeluruh, mulai dari pelatihan, bantuan alat tangkap dan sarana pendukung lainnya, hingga hal lain yang terkait dengan jaminan pasar. Juga dilakukan pelatihan perbaikan motor tempel untuk kapal-kapal nelayan serta perawatan peralatan tangkap dan budi daya ikan.

Ia mengatakan setelah beberapa tahun melakukan pendampingan, hasil tangkapan dan budi daya para nelayan telah meningkat. Rata-rata, kata dia, tangkapan puluhan nelayan yang berasal dari suku Kamoro ini ada di kisaran 1-4 ton ikan per bulan.

Sementara itu Kepala Kampung Ohotya di Mimika, Daniel, mengatakan nelayan tidak hanya dibantu Freeport untuk menangkap lebih banyak ikan, tapi juga diajari untuk mengolah hasil tangkapan agar bisa dijual di pasar dan harganya tinggi. "Selain itu kami juga dilatih untuk mengelola keuangan keluarga agar kami tidak kesulitan," katanya.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus