Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin tak khawatir akan naiknya harga kedelai impor di tengah gejolak pasar akibat tarif Amerika Serikat. Ia mengatakan menguatnya kurs dolar turut mempengaruhi harga kedelai impor, tapi tidak ada kenaikan harga yang signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sampai hari ini saya cek ke importir-importir, tidak ada kenaikan harga kedelai dari Amerika Serikat ke Indonesia,” ucap Aip saat dihubungi pada Senin, 14 April 2025. Menurut dia, harga kedelai saat ini berada di level sekitar Rp 9.000, naik sedikit dibandingkan satu hingga dua bulan lalu yang berada di level sekitar Rp 8.500. Dia juga mengatakan akan mengedapan rapat nasional pada Selasa, 15 April 2025, untuk meminta masukan dari seluruh anggota terkait harga kedelai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional per Selasa, 15 April 2025, harga kedelai biji kering impor di tingkat nasional tercatat sebesar Rp 10.656. Harga kedelai impor di masing-masing daerah pun bervariasi, tapi masih berada di antara Rp 9.000 - Rp. 10.000. Di Bali, harga kedelai tercatat sebesar Rp 9.000, kemudian Kalimantan Tengah Rp 9.667, D.I Yogyakarta Rp 9.733, Jawa Barat Rp 9.738, Sumatera Utara Rp 9.444, Kalimantan Selatan RP 10.000, Sumatera Selatan Rp 10.017, dan Jawa Timur Rp 10.080. Sementara itu, Harga Acuan Penjualan tingkat konsumen sesuai Peraturan Bapanas Nomor 6 tahun 2024 dan Peraturan Bapanas Nomor 12 tahun 2024 adalah sebesar Rp 12.000.
Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor kedelai dalam jumlah signifikan dari Amerika Serikat. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada 2023 Indonesia mengimpor 1.949.365 ton kedelai dari Amerika Serikat. Adapun total kedelai yang diimpor Indonesia dari negara lain pada tahun tersebut adalah 2.274.428 ton.
Sejak Trump mengumumkan tarif resiprokal pada 2 April 2025, mata uang negara berkembang—termasuk rupiah—sempat melemah. Pada perdagangan non-delivarable forward, Senin, 7 April 2025, nilai tukar rupiah menyentuh Rp 17.261 per dolar AS. Nilai tukar rupiah pun mulai menguat ke level Rp 16.823 pada Kamis, 10 April 2025. Penguatan ini terjadi usai Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif impor resiprokal selama 90 hari.