Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai hari ini mencabut suspensi perdagangan saham PT DCI Indonesia Tbk. atau DCII. Tapi baru saja kembali diperdagangkan, saham emiten penyedia layanan data center tersebut langsung terkena auto reject atas (ARA) karena menguat hingga 10.050 poin atau 20 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga saham DCII sontak meroket ke level Rp 60.300 bila dibandingkan saat penutupan saham sebelumnya di level Rp 50.250. Sebelumnya, otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut per Senin, 15 Juni 2021, dalam rangka cooling down.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam satu minggu, harga saham DCII melonjak hingga 66,57 persen atau melejit 416,49 persen selama sebulan terakhir. Penguatan saham tersebut di antaranya dipicu oleh kehadiran Anthoni Salim sebagai salah satu pemegang saham perseroan.
DCII sebelumnya juga telah mengumumkan kemitraan dengan Grup Salim melalui pembangunan gedung PT Data Center Sukses Makmur.
Sejak melantai di bursa (IPO) pada 6 Januari 2021 lalu, pergerakan saham emiten yang dinakhodai Toto Sugiri ini terus menguat. Dari semula harga saham yang ditawarkan di Rp 420 per saham, kini saham DCII menembus level Rp 60.000-an.
Dengan begitu, belum sampai 6 bulan sejak tercatat di BEI, saham DCII sudah menguat lebih dari 14.000 persen. Kapitalisasi pasar DCII juga membengkak hingga Rp 143,74 triliun.
Pergerakan super agresif itu juga membuat DCII menjadi saham termahal yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, melampaui harga saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terkenal sebagai saham premium.
Pada perdagangan hari ini, Rabu, 16 Juni 2021, saham GGRM terpantau ada di level 35.875 dengan market cap Rp 68,78 triliun. Adapun saham BBCA berada di level 32.100 dengan market cap Rp 791,43 triliun.
BISNIS