Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hallo, Bicara Malam Saja

Perumtel memberikan reduksi 50% untuk sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) pada malam hari. Hal ini dikatakan Willy moenandir, dirut perumtel dimaksudkan agar kesibukan siang bisa dialihkan malam.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI yang sering ber "halo-halo" jarakjauh ini kabar gembira sejak 20 September Perumtel memberi reduksi 50% untuk mereka yang menggunakan jasa sambungan langsung jarakjauh (SLJ) antara pukul 10 malam sampai 6 pagi Kecuali untuk hubungan internasional yang masih tetap dikenakan tarif normal. "Ini bukan penurunan tarif, tapi reduksi biaya percakapan, " kata Willy Moenandir, 45 tahun, Dir-Ut Perumtel kepada TEMPO. Tapi sulit dibantah bahwa keputusan yang diumumkan Willy di depan komisi V DPR 15 September itu merupakan penurunan tarif pulsa. Sekalipun secara tidak langsung. Misalnya untuk pembicaraan SLJJ dari Jakarta ke Jayapura yang termasuk dalam zone 5 (pembicaraan di atas jarak 1000 km). Setiap 2 detik dihitung 1 pulsa dan kena tarif Rp 40. Setelah pemberian reduksi. tarif tiap pulsa tetap Rp 40, tapi pencatat pulsa di sentral telepon baru bergerak setelah setiap percakapan mcncapai 4 detik. Artinya untuk tarif baru itu setiap detik percakapan harganya hanya Rp 10. Turun 50% dibanding Rp 201 detik sebelumnya. Untuk pelaksanaan reduksi tarif malam itu 86 Sentral Telepon Otomat (STO di seluruh Indonesia memasang alat pengukur periodik pulsa meter (GZM) pada instrurnen pencatat pulsa. Secara otomatis setiap pukul 22.00 WIB alat itu akan mengubah cara menghitung mesin pencatat pulsa. Alat itu secara otomatis pula akan menggeser pencatat pulsa pada posisi semula (seperti sebelum ukul 22.00 malam itu) begitu Jarum Jam menunjukkan lewat pukul 6 pagi. Alat pengukur periodik pulsa meter itu sebelumnya sudah terpasang ketika mesin pencatat pulsa diimpor dari Eropa. Hanya selama ini belum dipergunakan. "Jadi dalam menghadapi ketentuan baru itu kami tak terlalu repot," kata Musyafri, humas Perumtel. Jam sibuk Setelah berbagai perbaikan jaringan yang dilakukannya, pemasukan Perumtel menunjukkan peningkatan yang berarti. Tahun 1974 omsetnya baru Rp 29, 5 milyar, sedangkan dalam tahun 1981 ini angka itu diperkirakan akan melonjak menjadi Rp 280 milyar. Namun pelaanan yang mudah dan murah rupanya rnasih belum bisa dicapai perusahaan milik negara itu. Sebab reduksi yang 50% itu misalnya hanya dinikmati para pelanggan (yang punya pesawat telepon) di kota-kota yang memiliki STO. Sedangkan untuk kota kecil, apalagi pedesaan, dengan sistem telepon manual reduksi tersebut sama sekali belum bisa dinikmati. Bahkan di kota yang memiliki STO pun pemakai jasa telepon jarak jauh melalui kamar bicara umum (KBU) tetap membayar penuh. Menurut Willy pelanggan telepon sistem manual atau pemakai jasa lewat KBU memerlukan pelayanan pegawai telkon. Pemberian reduksi kepada golongan ini berarti tambahan tenaga. Jumlah pembicaraan jarak jauh dengan sistem manual tak ada artinya dibanding SLJJ," kata Willy. Sedang tujuan reduksi itu menurut dia untuk meringankan beban saluran pada siang hari. Menurut penelitian yang dilakukan Perumtel sejak 15 Desember 1980, saluran SLJJ padat antara pukul 8 pagi sampai 2 siang del)gan titik puncak antara pukul 9 sampai 11. Beban saluran akihltnya me]ebihi kapasitas dan permintaan sambungan jadi terganggu. "Berkalikali putar nomor, telepon tak juga nyambung, orang lantas marah dan menuduh pelayanan Perumtel brengsek. Padahal peralatan kita yang sudah tak mampu," ulas Willy. Menurut penelitian tadi pada jamjam sibuk sentral telepon STO seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya harus melayani permintaan lebih dari kapasitas. Di malam hari arus pembicaraan anjlok. "Malahan beberapa STO di beberapa kota kecil satu malam bisa tak melayani satu pembicaraan pun," kata Saladin, salah seorang anggota tim peneliti. "Dengan memberi reduksi kita merangsang langganan untuk menggunakan telepon pada malam hari," ujar Willy. Maksudnya agar kesibukan siang hari bisa dialihkan ke malam hari. Di samping meringankan beban saluran, tindakan ini juga diharapkan berfungsi menyerap permintaan hubungan telepon yang tak terlayani pada jam-jam sibuk. Berdasarkan perkiraan itu Willy membantah anggapan bahwa pemberian reduksi itu bakal mengurangi pemasukan Perumtel. Dia mencontoh "ilmu" tukang sepatu: "Lebih baik menjual Rp 75 tapi satu hari bisa laris 100 pasang daripada menjual Rp 100 tapi yang laku cuma 50 pasang," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus