PRO. Widjojo dan Menteri Keuangan Sumarlin sudah berbicara tentang sebuah harapan, mengena penghibahan utang Indonesia oleh Jepang. Pada seminar yang diadakan CSIS di Denpasar dua pekan, lalu, Sumarlin bahkan mengajukan tiga formula keringanan bagi utang Indonesia itu. Ternyata, gagasannya ini meresahkan kalangan tertentu. Ada juga yang berpendapat, upaya Sumarlin itu sebenarnya tidak berpatutan. Tapi, salahkah jika meminta penghapusan beban utang, yang terjadi di luar kesalahan peminjam? Lagi pula, bukankah sikap negara donor sedang berubah ? Ini jelas terpancar dari Konperensi Tingkat Tinggi tujuh pemimpin negara industri terkemuka (G-7), yang mulai bersidang di Toronto, Kanada, Ahad baru lalu. Sebagian besar pemimpin negara maju itu, seperti berlomba meringankan beban uang negara-negara termiskin di dunia. Usul ini diprakarsai Inggris, lalu diikuti Prancis dan Jerman Barat, terakhir Jepang. PM Noboru Takeshita, yang baru sekali ini ikut dalam KTT G-7, tiba-tiba saja membuat kejutan. Pada hari pertama, Takeshita melontarkan gagasan bahwa Jepang mau menghibahkan piutangnya pada negara-negara paling melarat di duhia - sebagian besar di Afrika. Tak kurang dari 17 negara disebutkan, tiga di antaranya adalah negara Asia, yakni Bangladesh, Burma, dan Nepal. Adapun jumlah utang yang hendak dihapuskan itu sekitar 5,5 milyar dolar, dengan kemplangan bertahap yang dimulai dari 1 milyar dolar. Tindakan Jepang ini dianggap masih belum menyaingi keikhlasan Prancis, yang bermaksud menghapuskan sepertiga dari seluruh piutangnya pada negara berkembang, dan menjadwalkan kembali pembayaran utang lainnya dalam tempo 10 tahun. Piutang Prancis yang diikhlaskan itu adalah yang sudah diterima oleh 20 negara miskin, di selatan Gurun Sahara. Jerman juga bersedia menghapuskan piutangnya yang sekitar DM 87,5 juta, dan menunda tagihannya yang sekitar DM 2,2 milyar. Sementara AS, sejak awal tahun ini, sudah mulai meringankan utang Meksiko, dengan menjadi penjamin obligasi pemerintah Meksiko bernilai US 10 milyar. Lalu Indonesia bagaimana? Memahami kesulitan kita, Kanada dan Australia sudah menghibahkan bantuannya. AS pun sudah menghapuskan lebih dari separuh piutangnya. Menurut sumber TEMPO dari kalangan pejabat di Jakarta, Jepang kelak juga bisa diharapkan akan menambah hibahnya bagi Indonesia - moga-moga saja. M.W.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini