PEMBANTU itu, Simprah namanya. Rambut keriting, kulit sawo matang, dan mata kanannya sipit. Umur 20 tahun, mengaku menjanda tiga kali tanpa anak. Selasa pekan lalu, anak petani asal Cilacap, Jawa Tengah, itu dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Di persidangan PN Jakarta Pusat, ia terbukti menculik anak majikannya, Sundari, 9 bulan. Mendengar ketukan palu hakim, emosi Simprah langsung meluap setengah protes. "Uh . . . pusing," katanya. Lewat pengacaranya, dari Pos Bantuan Hukurn Jakarta Pusat, Simprah yang buta huruf itu langsun menekankan cap jempolnya. Ia naik banding. Ia menolak pembuktian hakirn bahwa telah menculik anak majikan. "Dia inl merasa sayang dan cinta pada Sundari," kata salah satu pengacaranya, Happy S.P. Sihombing. Penculikan Sundari merupakan salah satu segi petualangan Simprah yang panjang Kamis pagi, 14 Januari 1988, dia mengaku telantar di stasiun Gambir dari Cilacap Sikapnya kelihatan lugu dan membuat iba orang. Ia kemudian mendatangi Polse Gambir dan menemui Sersan Satu Edd Sugito. Karena kasihaan, Eddy menampungnya di rumahnya, Kemayoran, sebagai pembantu . Baru seminggu di rumah itu, Simpral bikin ulah. Ia menculik anak pertama Eddy Sundari namanya yang baru bcrusia 9 bulan Sekaleng susu, payung, baju Sundari, dan dua setel baju istri Eddy juga disikatnya. Eddy sendiri, sebagai polisi, berusaha melacak ke berbagai tempat. Ia sempat bertanya kepada sekitar 30 orang. Hasilnya tidak ada. Sundari tetap tidak ketahuan. Berita penculikan lantas disebarkan lewat koran. Hasilnya memang ada. Simprah ditangkap di sebuah Polsek di Bandung ketika mengaku telantar seperti cerita sebelumnya. Ketika itu, polisi yang jaga ingat berita koran tentang anak polisi yang diculik pembantunya bernama Simprah. Setelah diusut, Simprah mengaku terus terang. Anak majikannya, yang diberi nama Adriani, dititipkan pada keluarga polisi Apipudin di Banjar, Ciamis, Jawa Barat. Keluarga Eddy kemudian dikontak dan Sundari dijemput 2 Februari. Apipudin, menurut ceritanya, juga punya nasib sama dengan Sertu. Eddy. Ia terkecoh juga oleh sandiwara Simprah yang minta dikasihani itu. Ia mengaku istri kumpul kebo seorang polisi di Jakarta. Terdampar di Banjar, uangnya ludes dicopet, dan singkat kata Simprah dan Sundari ditampungnya. Sehari dua hari, keluarga polisi Apipudin sudah menaruh curiga. Simprah tidak pernah bangun dan memberi susu Sundari bila menangis malam hari. Ketika Simprah ingin pulang, keluarga itu melarangnya membawa Sundari. Simprah diberi bekal Rp 15 ribu dan anak yang diculiknya ditinggalkan. Di persidangan, Simprah masih punya cerita mengenai hubungannya dengan Eddy, ayah anak yang diculik itu. Katanya, Eddy adalah bekas pacar yang dikenal ketika bertugas di Polsek Kemayoran. "Saya sempat pacaran dua tahun, lima kali nonton film 17 tahun, gitu," kata Simprah kepada TEMPO. Itu sebabnya, ia kaget ketika tahu Eddy sudah beristri. Tapi tak apa, pikirnya, menjadi pembantu rumah tangga sambil pacaran, 'kan malah asvik. Ia mengaku pernah dicemburui istri Eddy setelah ketahuan punya "hubungan mesra" dengan majikan. Untuk melampiaskan kekesalan dengan nyonya rumah, ia kabur membawa Sundari. Cerita Simprah itu dibantah Eddy. "Saya nggak pernah- ketemu Simprah sebelumnya," kata Eddy. Ia juga tak pernah bertugas di Polsek Kemayoran. Cerita Simprah itu dianggap karangan belaka. Cerita sebenarnya lantas terungkap. Simprah kawin pada usia 15 tahun dan cuma bertahan seminggu. Ia pernah kawin cerai tiga kali. Jakarta, ternyata, bukan kota yang asing buatnya. Ia, sebelumnya, pernah jadi pemasok pembantu rumah tangga di Kemayoran. Karena pekerjaan itu tak lancar, ia lantas menjadi pembantu. Dalam petualangannya ia memang sering mendatangi kantor polsek. Biasanya, ia mengadu telah mendapat musibah, telantar, dan lain-lain. Buntutnya, ia minta bantuan polisi. Di sel tempat ia kini ditahan, LP Pondok Bambu, Jakarta, Simprah sering ketawa cekikikan Katanya ia memang ingin menjadi istri polisi. Laporan Sri Indrayati (Biro Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini