Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, tak bisa dipatok. Sehari bisa tiga kali harga beras di pasar ini berubah. Kebanyakan para pedagang menjual beras dengan jumlah besar. Sehingga harga yang dipatok berbeda dari penetapan harga eceran tertinggi atau HET Beras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iwan Suhada, salah satu pedagang beras di Pasar Cipinang bercerita, bahwa harga beras berkualitas premium dijual per liter Rp 12.700. Sementara beras medium sempat dijual dengan harga tertinggi 11.700 per liter. "Kalau beras premium harganya lumayan tinggi karena berkualitas," kata Iwan, pemilik kios di Blok DV-6 Pasar Cipinang, melalui sambungan telepon pada Jumat, 7 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Iwan, harga beras di Pasar Cipinang tak bisa dipatok. Harga beras dijual hari ini tinggi, keesokan harinya berubah. "Besok tahu-tahunya anjlok," kata dia. Perputaran harga beras berbeda-beda. "Sehari bisa dua sampai tiga kali naik harga."
Dia bercerita, pada pagi hari harga beras bisa tinggi. Siang harganya menurun. Dan sore turun. Keesokan harinya harga beras naik. Namun perputaran harga beras berkisar pada 200 dan 300 rupiah. "Berbeda dengan premium. Mayoritas harganya di atas Rp 12 ribu," kata dia.
Melalui Peraturan Badan Pangan Nasional tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) Nomor 5 tahun 2024 tentang Perubahan atas Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang HET Beras. Harga beras diatur berdasarkan per wilayah. Misalnya, Papua relaksasi HET sebesar Rp 13.500 per kilogram dari HET sebelumnya Rp 11.800 per kilogram. Atau di Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, relaksasi Rp 14.900 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 13.900.
Tempo mampir di sebuah toko beras di Pasar Cipinang. Di sana dibariskan puluhan beras di karung berukuran 50 kilogram. Salah satu karung beras tertulis "Broken PW SPR Rp 525 ribu per 50 kilogram", "Thailand 625 ribu per 50 kilogram", dan "Perak 700 ribu per 50 kilogram".
Tempo meminta konfirmasi seorang karyawan di toko ini. Dia menolak berkomentar. "Saya enggak bisa kasih komentar," kata dia sambil memantau beras di teras toko, pada Kamis malam, 6 Juni 2024.
Saifannur, 22 tahun, seorang pedagang beras di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menggelar beras dengan harga bervariasi. Harga tertinggi beras premium jenis Pandan Wangi di kios ini Rp 18 Ribu per liter. Ada juga Pandan Wangi seharga Rp 15 ribu dan Rp 16 Ribu. "Itu dicampur dengan beras lain," kata dia kepada Tempo, Jumat, 7 Juni 2024. Adapun beras medium dengan harga paling rendah Rp 10 ribu.
Saifannur mengatakan, beras yang mereka dagangkan diambil dari Pasar Cipayung. Mereka biasa mengambil lima karung berukuran 50 kilogram. Sementara beras premium jenis Pulen berukuran 50 kilogram dihargai Rp 920.000. "Kalau harga (pasti) di sana kami enggak tahu, setiap hari berubah-ubah," ujar dia.
Iwan Suhada mengatakan, banyak para pedagang di Pasar Cipayung melakoni perdagangan beras dengan sistem "partai", mengambil dari petani dan dijual ke penadah atau pelanggan lain dengan jumlah banyak. Misalnya dia membeli dengan harga Rp 10.300, dia menjualnya lagi dengan harga Rp 10.500. "Kalkulasinya 100 rupiah biaya operasional, 100 rupiah lagi untung saya, ya sudah saya lepas," ujar dia.
Menurut dia pola penjualan seperti itu dilakukan untuk perputaran modal. Sehingga beras ratusan ton bisa dijual dalam waktu sehari. Berbeda dengan pedagang lain yang punya modal besar sehingga bisa menahan beras di gudang. "Makanya setelah Lebaran gudang saya kosong terus," kata dia.