Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Izin Telat Impor Gula

Harga gula industri dan konsumsi meroket setelah pasokan menipis. Diduga akibat lambatnya persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan.

15 Februari 2020 | 00.00 WIB

Suasana pasar murah gula pasir di Surabaya, Jawa Timur, 22 Januari lalu./kemenperin.go.id
Perbesar
Suasana pasar murah gula pasir di Surabaya, Jawa Timur, 22 Januari lalu./kemenperin.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Produksi pelaku industri terganggu kenaikan harga gula.

  • Pasokan gula rafinasi menipis diduga akibat telatnya izin impor Kementerian Perdagangan.

  • Masalah serupa terjadi pada gula untuk konsumsi rumah tangga.

DWIATMOKO Setiono belakangan puyeng. Harga gula untuk bahan baku beragam produk makanan dan minuman instan PT Sekawan Karsa Mulia, perusahaan yang dipimpinnya, terus meroket. Sejumlah pemasok gula industri kini menawarkan harga Rp 9.000 per kilogram, naik seribu rupiah dibanding Januari lalu. Dalam catatannya, kontrak pasokan bahan pemanis pada akhir 2019 masih di kisaran Rp 7.600 per kilogram. “Gila, cepat banget naiknya,” ujar Dwiatmoko, yang juga Ketua Forum Lintas Asosiasi Industri Pengguna Gula Rafinasi, kepada Tempo, Jumat, 14 Februari lalu.

Lonjakan harga dalam waktu singkat ini mengancam kelangsungan bisnis produsen beragam produk minuman cokelat serbuk dan puding tersebut. Maklum, dalam setahun, Sekawan Karsa membutuhkan pasokan gula industri 200-300 ribu ton. Dwiatmoko pun putar otak agar perusahaan tetap bisa berproduksi. Penjajakan dilakoni dari satu pemasok ke pemasok lain untuk mendapat penawaran harga gula kristal rafinasi yang beragam. Ia pun membeli dari banyak pemasok supaya rata-rata pengadaan bahan baku perusahaannya bisa tetap murah.

Dwiatmoko hanya satu dari ribuan pebisnis yang terancam oleh kenaikan harga gula rafinasi. Sebagian besar adalah industri kecil dan menengah. Pada kelompok ini, kata Dwiatmoko, transaksi pengadaan gula tidak sebanyak transaksi produsen makanan dan minuman kelas atas. Walhasil, harga yang diperoleh pun relatif lebih tinggi. “Saya yang termasuk industri menengah saja dapat Rp 9.000. Kalau yang kecil-kecil bisa sampai Rp 10 ribu per kilogram,” ucapnya.

Industri yang berkaitan dengan sektor pergulaan memang tengah geger. Sejumlah pabrik makanan dan minuman berteriak sejak awal 2020 lantaran stok gula menipis. Beberapa pabrik untuk sementara berhenti beroperasi karena kehabisan bahan baku pemanis. Sementara itu, penyuplai—perusahaan yang mengimpor gula mentah untuk diolah menjadi gula industri—angkat tangan karena stok di gudang mereka tinggal sedikit. Sebagian di antaranya telah menyatakan dagangannya ludes terjual. Tak ada pasokan baru.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus