Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga pakan ternak naik 20 persen akibat kelangkaan pasokan jagung.
Beban produksi para peternak ayam petelur melebihi harga jual telur di tingkat peternak.
Sejumlah peternak melakukan afkir dan menjual ayam mereka dengan harga murah untuk mengurangi beban.
JAKARTA - Para peternak ayam mengeluh soal kenaikan harga pakan ternak yang mencapai 20 persen dalam beberapa pekan terakhir. Bukan hanya harganya yang semakin mahal, stoknya pun menipis, yang membuat pembelian pakan dibatasi. Ketua Bidang Telur Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Leopold Halim mengatakan kondisi ini dipicu oleh menipisnya pasokan jagung akibat banyak petani yang gagal panen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Leopold, di beberapa daerah kini terjadi pembatasan pembelian pakan ternak. “Distributor membatasi. Hanya boleh membeli 70 persen dari sebelumnya. Semua yang langganan dibatasi. Kondisi ini sudah sangat gawat untuk peternak,” kata Leopold kepada Tempo, Selasa, 16 Januari lalu. Jika harus membeli pakan lebih banyak dari yang ditentukan, para peternak dikenai biaya tambahan sebesar Rp 1.000 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenaikan harga pakan ternak ini terjadi dalam sepekan terakhir. Dari harga rata-rata Rp 6.900 per kilogram pada pekan lalu, kini pakan ternak dijual Rp 7.300-7.500 per kilogram. Kenaikan ini dipicu oleh harga jagung yang mahal. Leopold mencontohkan, di wilayah Solo, saat ini harga jagung sudah mencapai Rp 9.000 per kilogram, padahal harga normalnya Rp 6.000 per kilogram. Peternak sebetulnya bisa saja memproduksi pakan sendiri. Tapi, karena pasokan jagung sedikit, mereka harus bersaing dengan industri pakan ternak untuk mendapatkan stok jagung.
Di tengah kondisi tersebut, para peternak mau tak mau harus menghemat stok jagung yang dimiliki. Pada November-Desember 2023, peternak mendapat pasokan jagung dari Badan Urusan Logistik (Bulog) yang ditugaskan melakukan impor pada bulan sebelumnya. “Kami minta jagung ke Bapanas (Badan Pangan Nasional). Kalau enggak ada itu, peternak rakyat kolaps semua,” kata Leopold.
Pekerja memberi pakan ayam di peternakan ayam petelur Desa Muntung, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, 17 Mei 2023. ANTARA/Anis Efizudin
Pada Oktober 2023, Bapanas memang menugasi Bulog mengimpor 500 ribu ton jagung pakan guna mengatasi defisit produksi jagung nasional pada kuartal IV 2023. Pada tahap pertama, pemerintah mengimpor 250 ribu ton jagung. Adapun pada tahun ini Bulog akan kembali menambah impor jagung, yang jumlahnya ditargetkan mencapai 1,2 juta ton.
Saat ini, tutur Leopold, Bulog masih menyalurkan bantuan jagung murah seharga Rp 5.000 per kilogram. Namun dia khawatir bulan depan stok jagung impor tersebut habis. Pinsar berencana kembali menemui Kepala Bapanas untuk mencari jalan keluar atas masalah pasokan jagung.
Dengan terbatasnya stok jagung untuk pakan, Leopold mengatakan peternak sudah mengalami kerugian selama tiga bulan terakhir. Pasalnya, peternak ayam layer atau ayam petelur tidak bisa menaikkan harga telur yang sebesar Rp 23 ribu per kilogram. Di sisi lain, saat ini harga pokok produksi mereka sudah menyentuh Rp 26 ribu per kilogram.
Agar tetap mendapatkan pemasukan dan meminimalkan beban produksi, peternak mengurangi jumlah ayam dengan afkir dini atau pembantaian terhadap indukan dan pembiakan ayam. Selain melakukan afkir, sebagian peternak menjual ayam-ayam mereka dengan harga murah.
Masalah Berulang
Kenaikan harga pakan ternak akibat berkurangnya pasokan jagung ini seolah-olah mengulang fenomena serupa pada tahun lalu. Pada awal 2023, harga rata-rata jagung tercatat Rp 5.639 per kilogram, naik 32,71 persen dari harga rata-rata pada 2020. Kondisi tersebut mendongkrak harga pakan ternak hingga di atas Rp 7.000 per kilogram, yang membuat beban produksi peternak bertambah.
Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi menceritakan, akibat kondisi ini kembali terjadi, peternak akhirnya harus bersiasat. Salah satunya dengan mengobral ayam mereka seharga Rp 100 ribu untuk enam ekor. Padahal ayam petelur afkiran biasanya dihargai Rp 20-22 ribu per kilogram. “Sekali dalam sejarah, luar biasa bencana perunggasan kali ini,” katanya. “Aset produksi dijual semua agar para peternak punya modal nanti saat kondisi membaik.”
Musbar mengatakan kenaikan biaya operasional para peternak ayam layer naik karena dua penyebab, yakni kenaikan harga pakan yang dibarengi dengan penurunan daya beli masyarakat. Dia mengusulkan pemerintah mengizinkan pihak swasta dapat mengimpor jagung agar harga pakan turun dan biaya operasional para peternak bisa berkurang.
Pekerja tengah menata telur di sebuah agen di kawasan Cipinang, Jakarta, 20 November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin meminta pemerintah tidak melakukan impor jagung secara berlebihan, terutama pada Februari mendatang. Pasalnya, periode tersebut sudah mendekati masa panen jagung. Dia yakin industri pakan ternak dapat menampung hasil panen karena ada penurunan produksi sebelumnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan harga jagung akan mengerek angka inflasi harga pangan lain. Musababnya, harga jagung merupakan komponen utama pakan ternak ayam petelur ataupun pedaging. Kenaikan harga jagung, kata dia, akan menjadi faktor tambahan inflasi selain harga beras yang juga masih relatif tinggi.
“Apalagi menjelang Ramadan pada Maret nanti, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah membutuhkan telur ayam, yang nantinya menaikkan harganya di konsumen,” kata Bhima. Kenaikan harga tersebut dapat membuat daya beli masyarakat kian tertekan. Dampak kenaikan harga jagung ini, kata dia, bakal terlihat pada Februari dan Maret mendatang.
ALI AKHMAD NOOR HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo