HASYIM Djojohadikusumo, pengusaha muda yang dijuluki konglomerat oleh (ayahnya) Profesor Sumitro Djojohadikusumo, kini semakin berkibar di bisnis "debu". Semula dikenal sebagai bos pabrik semen Cibinong, Hasyim kemudian menjelajah ke tambang batu bara, lalu sekarang memasuki bisnis karbon hitam. Salah satu anak perusahaannya, PT Aditya Nusa Bakti, pekan lalu bergabung dengan Cabot Corporation dari Amerika, untuk mendirikan PT Cabot Chemical dengan modal sekitar US$ 34 juta. Perusahaan yang berstatus PMA ini -- karena 80% modal disetor pihak Cabot Corporation -- segera membangun pabrik karbon hitam di Cilegon, Jawa Barat. Karbon hitam adalah bahan baku industri ban. Tiga pabrik ban terbesar di Indonesia (PT Gadjah Tunggal, Bridgestone, dan Good Year) pada tahun 1989 mengimpor 28.239 ton karbon hitam senilai US$ 19,22 juta. Namun, adanya pabrik karbon hitam di sini tidak akan banyak menghemat devisa. Ternyata, bahan baku karbon hitam yang merupakan hasil olahan residu minyak bumi itu masih tetap akan diimpor. Tapi bila pabrik Cabot Chemical di Cilegon mulai beroperasi awal tahun depan, impor karbon hitam mungkin bisa dikurangi -- terutama karena kapasitasnya 45.000 ton atau sekitar 160% kebutuhan sekarang. Untuk ekspor tentu tidak mudah, apalagi Cabot Corporation sudah membangun pabrik serupa di Jepang, Hong Kong, Shanghai, Malaysia, dan India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini