Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Sejak tambang nikel beroperasi, kehidupan warga lokal di Weda Tengah, Halmahera Tengah, makin sulit.
Rusaknya lingkungan akibat pertambangan nikel di Weda Tengah, Halmahera Tengah, juga yang paling dirasakan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan Celios dan CREA menunjukkan industri pengolahan nikel di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara hanya menghasilkan produk domestik bruto positif pada tahun kelima atau tahap konstruksi, yaitu sebesar US$ 4 miliar.
ABDUL Karim, 53 tahun, menatap laut dengan tatapan kosong. Warga Desa Lelilef Itepo, Weda Tengah, Halmahera Tengah, Maluku Utara, itu terlihat tak begitu senang saat menceritakan kerasnya mencari uang setelah aktivitas tambang nikel beroperasi.
Sebelum ada tambang, Abdul bekerja sebagai petani pala dan cengkih. Namun sekarang lahan pertaniannya sudah berubah menjadi kawasan pabrik smelter PT Indonesia Weda Bay Industrial Park atau IWIP. Kini dia bekerja sebagai pedagang makanan untuk pekerja tambang.
IWIP adalah kawasan industri terpadu untuk pengolahan logam berat yang berlokasi di Desa Lelilef, Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Berdiri pada 30 Agustus 2018, IWIP merupakan salah satu proyek strategis nasional Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Abdul bercerita, pada 2014, Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah berjanji kepada warga desa bahwa ekonomi masyarakat lokal akan melonjak apabila investasi nikel masuk ke wilayahnya. Pemerintah menyatakan industri penghiliran atau hilirisasi akan menyerap sedikitnya 60 ribu karyawan lokal dan bisa mendorong ekonomi masyarakat lokal.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Rosniawanti Fikry dari Kendari dan Budhy Nurgianto dari Halmahera Tengah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.