Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Palembang - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan mencatat, inflasi tahunan year on year (yoy) pada Maret 2025 mencapai 1,77 persen, meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang hanya 0,49 persen. Penyebab utama kenaikan ini berasal dari komoditas emas perhiasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Maret,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan Moh Wahyu Yulianto dalam rilis resmi di Kantor BPS Sumsel pada Selasa, 8 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wahyu menjelaskan, emas perhiasan juga menjadi bagian dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, sehingga pada kelompok itu, mengalami lonjakan harga sebesar 13,18 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,95 persen.
Dari 11 kelompok pengeluaran, tiga di antaranya justru mengalami penurunan, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (-4,32 persen), kelompok perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga (-0,34 persen), serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,15 persen).
Sementara itu, delapan kelompok lainnya mengalami peningkatan harga. Selain emas perhiasan, komoditas lain yang turut mendorong inflasi antara lain bawang merah, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, dan bawang putih.
Wahyu menambahkan, sejumlah faktor turut memengaruhi inflasi Maret ini. Di antaranya adalah penyesuaian tarif listrik seiring dihentikannya diskon bagi pelanggan PLN, serta penurunan harga bahan bakar minyak. Selain itu, tingginya konsumsi selama bulan Ramadhan dan menjelang Idulfitri juga menjadi pendorong.
“Di sisi lain, ketersediaan komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, tomat, kacang panjang, dan kol terpantau melimpah,” jelasnya.
Secara bulanan atau month to month (mtm), inflasi Sumsel pada Maret 2025 mencapai 1,53 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dengan andil 0,95 persen dan tingkat inflasi 7,71 persen.
Wahyu menyebutkan, angka ini menjadi inflasi tertinggi selama dua tahun terakhir, setelah dua bulan berturut-turut sebelumnya Sumsel justru mengalami deflasi. “Tidak bisa dihindari, inflasi Maret ini tinggi karena adanya penyesuaian tarif listrik dan meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang hari besar keagamaan,” katanya.
Secara keseluruhan, komoditas penyumbang inflasi Maret meliputi tarif listrik, bawang merah, emas perhiasan, bawang putih, dan telur ayam ras. Menanggapi kondisi ini, Gubernur Sumsel Herman Deru menilai bahwa inflasi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis masyarakat seperti panic buying dan penahanan distribusi barang.
“Distribusi yang ditahan, itu (soal) psikologi. Maka ketika masyarakat punya kemandirian dalam mencukupi kebutuhan sendiri, mereka tidak akan goyah,” kata dia.
Pilihan Editor: Tarif Trump Makin Melemahkan Nilai Tukar Rupiah