SEJUMLAH orang menyebutnya videotape recorder, atau
videocassette recorder, dan Prancis menamainya magnetoscope.
Apa pun nama mentereng yang mungkin diberikan padanya, pesawat
video dalam waktu sekitar 10 tahun telah mengubah gaya hidup
manusia modern. Ia membuka lapangan kerja, tapi juga menegangkan
hubungan dagang di dunia Barat.
Sekitar 90% dari seluruh pesawat video yang dijual di dunia
adalah buatan Jepang. Ternyata ini mempersulit keadaan ekonomi
berbagai negara--termasuk negara maju--yang ekonominya sekarang
dilanda resesi. Eropa Barat saja diperkirakan menderita
"kebocoran" ekonomi sekitar US$3 milyar tahun ini akibat impor
pesawat video, sebagian besar dari Jepan.
Menurut David L. Fishman, konsultan senior pada Arthur D. Little
Inc., Cambridge, Mass., Amerika Serikat, nilai penjualan pesawat
video di selunuh dunia tahun ini bisa mencapai US$17 milyar.
(Ini lebih besar dari nilai selunuh ekspor minyak bumi Indonesia
1981/ 1982, yang jumlahnya US$16,740 milyar). Untuk mengurangi
dominasi merk Jepang, sejumlah negara Eropa lantas mengambil
berbagai jalan proteksi.
Prancis, misalnva, menderita defisit neraca perdagangan tahun
lalu sebesar US$150 milyar. Itu termasuk kerugian US$220 juta
dalam valuta asing akibat impor pesawat video. Di sana, ada
lebih dari setengah juta video yang digunakan, 95% di antaranya
buatan Jepang. Maka pemerintahan Presiden Francois Mitterand
yang sosialistis itu mengurangi arus mpor pesawat video.
Bagaimana?
Pertama, ada pajak 350 franc untuk tiap video. Kedua, ada
peraturan banl: semua impor video harus masuk melalui Poitiers,
pelabuhan kecil di bagian barat Pranci, tempat kekurangan
tenaga Bea Cukal. kibatnya, proses dokumen terlambat, dan di
gudang pelabuhan itu menumpuk lebih dari 45.000 unit pesawat
video. Maka banyak orang Prancis mungkin kecewa--tidak dapat
menikmati musim dingin, Natal dan Tahun Baru di depan perapian
sambil menonton magnetoscope. Mereka harus menunggu sampai
Januari, mungkin. Tapi Poitiers tampaknya buat sementara mungkin
efektif--bagaikan 'garis Maginot'--membendung impor video.
Kalangan pengusaha elektronika Amerika juga menuntut agar
pemerintahan Reagan melakukan kebijaksanaan serupa di Eropa
Barat itu. Semangat proteksi sedang meningkat di Amerika karena
persaingan dagang umumnya dengan Jepang. Menghadapi persaigan
ini, Max Grundig, tokoh industri barang elektronik Jerman Barat
yang namanya tcrtera di setiap hasil produksi pabriknya, bekerja
sama dengan perusahaan Belanda, Philips. Keduanya menciptakan
suatu sistem video terbaru, V-2000, yang diharapkan Grundig akan
digunakan di seluruh Eropa.
Kini Eropa dibanjiri oleh format Beta seperti yang diciptakan
oleh perusahaan Jepang, Sony Corporation, dan format VHS (video
home system) oleh Victor Company of Japan (JVC). Setiap sistem
hanya dapat menggunakan film kaset yang dibuat untuknya. Dan
setiap format mempunyai keistimewaan teknis tersendiri.
Sedikitnya 70% dari semua pesawat video yang digunakan di dunia
menggunakan sistem VHS, 20% format Beta. Masih sedikit yang
menggunakan sistem V-2000 itu.
Pesawat video merk Sony dan Sanyo menggunakan format Beta.
Sementara Mitsubishi, Sharp, Telefunken, dan JVC menggunakan
sistem VHS. Dan karena 90% dari pesawat video yang dijual di
dunia adalah buatan Jepang, tampaknya sulitlah bagi Grundig
untuk menjadikan V-2000 itu suatu sistem Eropa.
Sony sendiri, menghasilkan 250.000 unit pesawat video sebulan.
Mana tahan! Sejumlah perusahaan elektronika Eropa, yang
diharapkan Grundig sebagai partner dalam rencananya, bahkan
sudah mengikat diri atau sedang dalam proses menanda tangani
kontrak dengan salah satu dari perusahaan Jepang. Perusahaan
Inggris, Thorn EMI, dan perusahaan (Jerman) Telefunken,
misalnya, baru saja menanda tangani kontrak dengan JVC. Rencana
mereka ialah merakit pesawat video sistem VHS di Berlin Barat
dan Inggris sebanyak 400.000 unit setahun.
Perusahaan elektronika Jerman lainnya, Robert Bosch, berhasrat
ikut dalam rencana sistem V-2000 itu, tapi anak perusahaannya,
Blaupunk-Werke, sudah menjadi importir video buatan Matsushita
yang menggunakan sistem VHS. Dan anak perusahaan Matsushita,
JVC, sudah di ambang penandatanganan kontrak dengan perusahaan
Prancis, Thomson Brandt, untuk membuat pesawat video di Prancis.
Thomson-Brandt sudah lama menjadi importir barang JVC untuk
pasaran Prancis dan Jerman. Ia mendesak pasaran V-2000.
Dan para eksportir video Jepang membanting harga pula di pasaran
Eropa dan Amerika. Di kedua benua itu Sony Betamax bisa dibeli
dengan harga di bawah US$400 sebuah.
Produksi pesawat video di Jepang meningkat terus dari tahun ke
tahun. Masa Januari-Oktober uhun ini saja, produksinya itu
melebihi 10,6 juta naik 51,3% dari masa yang sama pada tahun
1981. Hanya 16% dari jumlah produksi itu yang dijual di Jepang.
Maka jelaslah usaha ekspor diakalinya.
Memang kalangan pengusaha di Eropa sudah memprotes Jepang
melakukan politik dumping. Mereka mengadu pada Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE) bahwa Jepang menawarkan pesawat videonya
jauh di bawah harga pokok di pasaran Jepang sendiri. Hanya
Inggris yang tidak memprotes karena belum mempunyai industri
video sendiri.
Sementara itu, Matsushita dan Sony menarik videonya yang
menumpuk di pelabuhan Poitiers dan memasukkannya ke Jerman dan
Belanda. Harganya rendah, hingga penjualan Beumax di Jerman
meningkat 20%, sementara penjualan V-2000 merosot dari 24%
menjadi 16%.
Keranjingan pesawat video tidak terbatas pada masyarakat
kapitalis saja. Di seluruh dunia, dewasa ini ada sekitar 30 juta
pesawat video yang digunakan.
Di Jerman Barat, walaupun ada resesi ekonomi, sekitar satu juu
orang membeli pesawat video tahun ini. Di Inggris, satu dari
setiap enam rumah tangga memakai pesawat video akhir tahun ini.
Sebagian besar mereka sewa. Di Uni Soviet, sekitar 50.000
pesawat video milik pribadi. Di sana, harganya masih mahal bisa
mencapai 5.000 rubel (US$ 6.750) sebuah.
Moskow tidak melarang penggunaan pesawat video. Bahkan
pemerintah Soviet mengundang sebuah perusahaan Jepang membuat
mainan kaum kapitalis itu di Rusia unNk pasaran domestik. Di
Cina, semua pesawat video harus didaftarkan pada penguasa
setempat. Film kaset, harus disensur penguasa pula.
Di beberapa negara Timur Tengah, termasuk Mesir, harga sebuah
pesawat video bisa mencapai US$ 2.500. Di Iran, video dilarang
masuk, tapi kabarnya ribuan lolos juga lewat penyelundupan.
Pesawat video yang terakhir hanya sedikit lebih besar daripada
mesin tulis portable. Akhir 1960-an, ukurannya jauh lebih besar.
Penemuan silicon chips yang menggantikan tabung-tabung dan
transistor di dalam pesawat itu memungkinkan penciutan ukuran
pesawat video. Dan ukuran ini masih akan terus mengecil. Di
Jepang, Amerika dan Eropa Barat, sudah mulai dipasarkan ukuran
portable, gampang dijinjing, di samping home videocamera yang
akhir-akhir ini memukul industri movie-camera.
Tapi sebelum anda membelinya, pertama-uma periksalah sistem apa
yang paling banyak digunakan di daerah anda. Toko-toko
video-rental mungkin dapat ditanya, apakah jenis film kaset yang
disewakannya. Tak ada gunanya memiliki suatu sistem video
tertentu jika film kasemya sulit diperoleh. Model pesawat adalah
soal kedua.
Umumnya di Indonesia sistem Beta lebih terkenal. Tapi berbagai
iklan mungkin menawarkan sederetan merk masing-masing dengan
huruf dan nomor modelnya.
Ada yang menawarkan waktu rekaman sampai 2 x 4 jam. Ada yang
dengan kesanggupan merekam 8 program. Ada yang dilengkapi dengan
remote control tanpa kabel, atau dengan kabel. Karena saluran
teievisi Indonesia hanya satu, tak banyaklah gunanya pesawat
video yang sanggup merekam sekian program sekaligus. Dan kalau
ruangan di rumah tidak terlalu besar, anda memboros uang saja
untuk membeli pesawat video dengan remote control.
Jika anda hendak membeli pesawat video di luar negeri,
hati-hati! Dapatkah ia digunakan di Indonesia? Frekuensi
televisi tidak sama di setiap negara. Salah-salah, anda akan
terpaksa mengganti module suara dan gambar sebelum video itu
bisa digunakan (begitu juga pada televisi). Dengan harga kedua
module itu ditambah ongkos mengganti, dompet anda bisa kempis.
Biasanya penjual video mempunyai peta dunia sistem televisi.
Indonesia menggunakan sistem PAL-B.
Tapi mungkin anda mau membelinya di Jakarta saja. Pilihan di
Pusat Perdagangan Senen, misalnya, pada sistem Beta atau VHS.
Apa bedanya?
Perbedaan utama terletak pada sistem loading-nya. Sistem Beta
juga disebut U loading karena posisi lintasan pitanya yang
membentuk huruf "U" (libat gambar A ).
Sistem VHS disebut M loading, karena linusan pitanya membentuk
huruf "M" (lihat gambar B). Menurut S. Ali Chandra, kepala
bidang pelayanan JVC di Jakarta, pita rekaman pada sistem VHS
menyentuh 4 metal dalam pengoperasiannya, sedangkan pada sistem
Beta pitanya menyentuh 15 metal. Sistem V-2000 yang juga dijual
di Indonesia agak mirip dengan sistem Beta.
Perbedaan lain terleuk pada kecepatan pergerakan pita: 1,873
cm/detik pada Beta dan 2,3 39 cm/detik pada VHS. Lebar video
track dan kecepatan pembacaan video juga berbeda. Dan karena itu
pula kaset filmnya juga berbeda 15 5 x 94 x 2 5 mm pada format
Beta dan 188 x 104 x 25 mm pada VHS.
Tetapi kalau ditanya mana yang terbaik di antara Beta, VHS atau
V-2000, jawabannya akan akademis sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini