Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jangan Keliru Beli Video

Berbagai macam video, buatan jepang merajai pasaran dunia, ukuran terus mengecil, belum terjamin semua bisa dipakai di Indonesia. (md)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJUMLAH orang menyebutnya videotape recorder, atau videocassette recorder, dan Prancis menamainya magnetoscope. Apa pun nama mentereng yang mungkin diberikan padanya, pesawat video dalam waktu sekitar 10 tahun telah mengubah gaya hidup manusia modern. Ia membuka lapangan kerja, tapi juga menegangkan hubungan dagang di dunia Barat. Sekitar 90% dari seluruh pesawat video yang dijual di dunia adalah buatan Jepang. Ternyata ini mempersulit keadaan ekonomi berbagai negara--termasuk negara maju--yang ekonominya sekarang dilanda resesi. Eropa Barat saja diperkirakan menderita "kebocoran" ekonomi sekitar US$3 milyar tahun ini akibat impor pesawat video, sebagian besar dari Jepan. Menurut David L. Fishman, konsultan senior pada Arthur D. Little Inc., Cambridge, Mass., Amerika Serikat, nilai penjualan pesawat video di selunuh dunia tahun ini bisa mencapai US$17 milyar. (Ini lebih besar dari nilai selunuh ekspor minyak bumi Indonesia 1981/ 1982, yang jumlahnya US$16,740 milyar). Untuk mengurangi dominasi merk Jepang, sejumlah negara Eropa lantas mengambil berbagai jalan proteksi. Prancis, misalnva, menderita defisit neraca perdagangan tahun lalu sebesar US$150 milyar. Itu termasuk kerugian US$220 juta dalam valuta asing akibat impor pesawat video. Di sana, ada lebih dari setengah juta video yang digunakan, 95% di antaranya buatan Jepang. Maka pemerintahan Presiden Francois Mitterand yang sosialistis itu mengurangi arus mpor pesawat video. Bagaimana? Pertama, ada pajak 350 franc untuk tiap video. Kedua, ada peraturan banl: semua impor video harus masuk melalui Poitiers, pelabuhan kecil di bagian barat Pranci, tempat kekurangan tenaga Bea Cukal. kibatnya, proses dokumen terlambat, dan di gudang pelabuhan itu menumpuk lebih dari 45.000 unit pesawat video. Maka banyak orang Prancis mungkin kecewa--tidak dapat menikmati musim dingin, Natal dan Tahun Baru di depan perapian sambil menonton magnetoscope. Mereka harus menunggu sampai Januari, mungkin. Tapi Poitiers tampaknya buat sementara mungkin efektif--bagaikan 'garis Maginot'--membendung impor video. Kalangan pengusaha elektronika Amerika juga menuntut agar pemerintahan Reagan melakukan kebijaksanaan serupa di Eropa Barat itu. Semangat proteksi sedang meningkat di Amerika karena persaingan dagang umumnya dengan Jepang. Menghadapi persaigan ini, Max Grundig, tokoh industri barang elektronik Jerman Barat yang namanya tcrtera di setiap hasil produksi pabriknya, bekerja sama dengan perusahaan Belanda, Philips. Keduanya menciptakan suatu sistem video terbaru, V-2000, yang diharapkan Grundig akan digunakan di seluruh Eropa. Kini Eropa dibanjiri oleh format Beta seperti yang diciptakan oleh perusahaan Jepang, Sony Corporation, dan format VHS (video home system) oleh Victor Company of Japan (JVC). Setiap sistem hanya dapat menggunakan film kaset yang dibuat untuknya. Dan setiap format mempunyai keistimewaan teknis tersendiri. Sedikitnya 70% dari semua pesawat video yang digunakan di dunia menggunakan sistem VHS, 20% format Beta. Masih sedikit yang menggunakan sistem V-2000 itu. Pesawat video merk Sony dan Sanyo menggunakan format Beta. Sementara Mitsubishi, Sharp, Telefunken, dan JVC menggunakan sistem VHS. Dan karena 90% dari pesawat video yang dijual di dunia adalah buatan Jepang, tampaknya sulitlah bagi Grundig untuk menjadikan V-2000 itu suatu sistem Eropa. Sony sendiri, menghasilkan 250.000 unit pesawat video sebulan. Mana tahan! Sejumlah perusahaan elektronika Eropa, yang diharapkan Grundig sebagai partner dalam rencananya, bahkan sudah mengikat diri atau sedang dalam proses menanda tangani kontrak dengan salah satu dari perusahaan Jepang. Perusahaan Inggris, Thorn EMI, dan perusahaan (Jerman) Telefunken, misalnya, baru saja menanda tangani kontrak dengan JVC. Rencana mereka ialah merakit pesawat video sistem VHS di Berlin Barat dan Inggris sebanyak 400.000 unit setahun. Perusahaan elektronika Jerman lainnya, Robert Bosch, berhasrat ikut dalam rencana sistem V-2000 itu, tapi anak perusahaannya, Blaupunk-Werke, sudah menjadi importir video buatan Matsushita yang menggunakan sistem VHS. Dan anak perusahaan Matsushita, JVC, sudah di ambang penandatanganan kontrak dengan perusahaan Prancis, Thomson Brandt, untuk membuat pesawat video di Prancis. Thomson-Brandt sudah lama menjadi importir barang JVC untuk pasaran Prancis dan Jerman. Ia mendesak pasaran V-2000. Dan para eksportir video Jepang membanting harga pula di pasaran Eropa dan Amerika. Di kedua benua itu Sony Betamax bisa dibeli dengan harga di bawah US$400 sebuah. Produksi pesawat video di Jepang meningkat terus dari tahun ke tahun. Masa Januari-Oktober uhun ini saja, produksinya itu melebihi 10,6 juta naik 51,3% dari masa yang sama pada tahun 1981. Hanya 16% dari jumlah produksi itu yang dijual di Jepang. Maka jelaslah usaha ekspor diakalinya. Memang kalangan pengusaha di Eropa sudah memprotes Jepang melakukan politik dumping. Mereka mengadu pada Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) bahwa Jepang menawarkan pesawat videonya jauh di bawah harga pokok di pasaran Jepang sendiri. Hanya Inggris yang tidak memprotes karena belum mempunyai industri video sendiri. Sementara itu, Matsushita dan Sony menarik videonya yang menumpuk di pelabuhan Poitiers dan memasukkannya ke Jerman dan Belanda. Harganya rendah, hingga penjualan Beumax di Jerman meningkat 20%, sementara penjualan V-2000 merosot dari 24% menjadi 16%. Keranjingan pesawat video tidak terbatas pada masyarakat kapitalis saja. Di seluruh dunia, dewasa ini ada sekitar 30 juta pesawat video yang digunakan. Di Jerman Barat, walaupun ada resesi ekonomi, sekitar satu juu orang membeli pesawat video tahun ini. Di Inggris, satu dari setiap enam rumah tangga memakai pesawat video akhir tahun ini. Sebagian besar mereka sewa. Di Uni Soviet, sekitar 50.000 pesawat video milik pribadi. Di sana, harganya masih mahal bisa mencapai 5.000 rubel (US$ 6.750) sebuah. Moskow tidak melarang penggunaan pesawat video. Bahkan pemerintah Soviet mengundang sebuah perusahaan Jepang membuat mainan kaum kapitalis itu di Rusia unNk pasaran domestik. Di Cina, semua pesawat video harus didaftarkan pada penguasa setempat. Film kaset, harus disensur penguasa pula. Di beberapa negara Timur Tengah, termasuk Mesir, harga sebuah pesawat video bisa mencapai US$ 2.500. Di Iran, video dilarang masuk, tapi kabarnya ribuan lolos juga lewat penyelundupan. Pesawat video yang terakhir hanya sedikit lebih besar daripada mesin tulis portable. Akhir 1960-an, ukurannya jauh lebih besar. Penemuan silicon chips yang menggantikan tabung-tabung dan transistor di dalam pesawat itu memungkinkan penciutan ukuran pesawat video. Dan ukuran ini masih akan terus mengecil. Di Jepang, Amerika dan Eropa Barat, sudah mulai dipasarkan ukuran portable, gampang dijinjing, di samping home videocamera yang akhir-akhir ini memukul industri movie-camera. Tapi sebelum anda membelinya, pertama-uma periksalah sistem apa yang paling banyak digunakan di daerah anda. Toko-toko video-rental mungkin dapat ditanya, apakah jenis film kaset yang disewakannya. Tak ada gunanya memiliki suatu sistem video tertentu jika film kasemya sulit diperoleh. Model pesawat adalah soal kedua. Umumnya di Indonesia sistem Beta lebih terkenal. Tapi berbagai iklan mungkin menawarkan sederetan merk masing-masing dengan huruf dan nomor modelnya. Ada yang menawarkan waktu rekaman sampai 2 x 4 jam. Ada yang dengan kesanggupan merekam 8 program. Ada yang dilengkapi dengan remote control tanpa kabel, atau dengan kabel. Karena saluran teievisi Indonesia hanya satu, tak banyaklah gunanya pesawat video yang sanggup merekam sekian program sekaligus. Dan kalau ruangan di rumah tidak terlalu besar, anda memboros uang saja untuk membeli pesawat video dengan remote control. Jika anda hendak membeli pesawat video di luar negeri, hati-hati! Dapatkah ia digunakan di Indonesia? Frekuensi televisi tidak sama di setiap negara. Salah-salah, anda akan terpaksa mengganti module suara dan gambar sebelum video itu bisa digunakan (begitu juga pada televisi). Dengan harga kedua module itu ditambah ongkos mengganti, dompet anda bisa kempis. Biasanya penjual video mempunyai peta dunia sistem televisi. Indonesia menggunakan sistem PAL-B. Tapi mungkin anda mau membelinya di Jakarta saja. Pilihan di Pusat Perdagangan Senen, misalnya, pada sistem Beta atau VHS. Apa bedanya? Perbedaan utama terletak pada sistem loading-nya. Sistem Beta juga disebut U loading karena posisi lintasan pitanya yang membentuk huruf "U" (libat gambar A ). Sistem VHS disebut M loading, karena linusan pitanya membentuk huruf "M" (lihat gambar B). Menurut S. Ali Chandra, kepala bidang pelayanan JVC di Jakarta, pita rekaman pada sistem VHS menyentuh 4 metal dalam pengoperasiannya, sedangkan pada sistem Beta pitanya menyentuh 15 metal. Sistem V-2000 yang juga dijual di Indonesia agak mirip dengan sistem Beta. Perbedaan lain terleuk pada kecepatan pergerakan pita: 1,873 cm/detik pada Beta dan 2,3 39 cm/detik pada VHS. Lebar video track dan kecepatan pembacaan video juga berbeda. Dan karena itu pula kaset filmnya juga berbeda 15 5 x 94 x 2 5 mm pada format Beta dan 188 x 104 x 25 mm pada VHS. Tetapi kalau ditanya mana yang terbaik di antara Beta, VHS atau V-2000, jawabannya akan akademis sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus