Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan ekspor dan impor Indonesia pada Januari 2025 masing-masing sebesar 8,56 persen dan 15,18 persen dibanding bulan sebelumnya. Nilai ekspor Indonesia berada di angka US$ 21,45 miliar dan impor di angka US$ 18 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, nilai ekspor migas tercatat senilai US$ 1,06 miliar atau turun 31,35 persen. "Sementara nilai ekspor nonmigas tercatat turun sebesar 6,96 persen dengan nilai US$ 20,40 miliar," kata Amalia dalam konferensi pers Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Januari 2025, pada Senin, 17 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penurunan nilai ekspor pada Januari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya ini, lanjut Amalia, terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor nonmigas pada komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta bijih logam, terak, dan abu. Adapun penurunan nilai ekspor migas terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor gas dengan andil sebesar minus 1,08 persen.
Selanjutnya, dari sisi impor, Amalia mengungkapkan impor migas menurun sebesar 24,69 persen dengan nilai yang tercatat sebesar US$ 2,48 miliar. Sementara itu, impor nonmigas turun 13,43 persen menjadi senilai US$ 15,52 miliar. “Penurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh penurunan nilai impor nonmigas yang memberikan andil sebesar 11,34 persen dan juga penurunan nilai impor migas dengan andil penurunan sebesar 3,84 persen,” jelas Amalia.
Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 3,45 miliar pada Januari 2025. “Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Amalia.
Surplus pada Januari 2025 ditopang komoditas nonmigas. Penyumbang utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Pada saat yang sama, kata Amalia, neraca perdagangan komoditas migas tercatat mengalami defisit US$ 1,43 miliar. “Di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak,” tuturnya.