Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menanggapi hasil penurunan pertumbuhan ekonomi RI pada triwulan kedua 2024. Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua 5,05 persen turun daripada di triwulan pertama sebesar 5,11 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Memang sedikit lebih rendah daripada triwulan pertama,” kata Mahendra dalam konferensi pers yang Tempo pantau dari Youtube OJK pada Senin, 5 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, Mahendra mengatakan dalam sektor jasa keuangan akan tetap menyumbang pertumbuhan ekonomi di sektor riil. Dia mengatakan di bidang sektor keuangan ekonomi tetap tumbuh kuat.
Dia mengatakan kondisi itu terlihat dari kredit perbankan yang secara keseluruhan sampai Juni 2024 mencapai 12,36 persen, kredit investasi 15,09 persen, dan kredit modal kerja 11,16 persen. “Ini merupakan dukungan mesin pertumbuhan di sektor riil. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi sektor riil dari kredit perbankan tetap kuat,” kata dia.
Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan ekonomi RI pada triwulan ke dua 2024 tumbuh 5,05 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini sedikit lebih rendah dibanding kuartal pertama yang tumbuh 5,11 persen.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan pertumbuhan ditopang oleh aktivitas ekonomi yang tetap kuat, sehingga dianggap masih stabil. “Sumber pertumbuhan terbesar pada triwulan dua 2024, industri pengolahan jadi sumber pertumbuhan terbesar yakni sebesar 0,79 persen,” ujarnya dalam pemaparan rilis Pertumbuhan Ekonomi di laman Youtube resmi BPS, Senin, 5 Agustus 2024.
Selain itu pertumbuhan ekonomi juga ditopang lapangan usaha konstruksi 0,67 persen, perdagangan 0,63 persen dan informasi dan komunikasi 0,5 persen.
Edy memaparkan sejak triwulan 1 2019 hingga 2024, ekonomi RI tumbuh sejalan dengan pola musiman yang terjadi. Industri pengolahan tumbuh didukung oleh permintaan domestik dan luar negeri. Sementara industri makanan dan minum didukung pertumbuhan seiring Idul Fitri dan Idul Adha, dan panen raya padi yang mendorong sisi penyediaan.
Ilona Esterina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.