Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin yang semakin digandrungi ternyata bukan merupakan komoditas yang harganya mencatat kenaikan tertinggi sepanjang tahun 2021. Adalah Iridium, komoditas yang harganya meroket hingga lebih dari 100 persen sejak awal Januari 2021 hingga akhir Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada akhir pekan lalu, Bloomberg mencatat harga logam yang merupakan produk sampingan platina dan palladium ini berada di level US$ 6.000 per ounce atau sekitar Rp 87 juta per ounce. Angka tersebut tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan logam mulia lainnya, emas yang kini berada di level US$ 1.700-an per ounce.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perusahaan pemurni logam Heraeus Group menyebutkan, harga iridium telah mejelit hingga 131 persen sejak awal Januari tahun ini. Artinya, kenaikan ini jauh melampaui harga komoditas kripto, Bitcoin, yang harganya melonjak 85 persen pada periode serupa.
Heraeus Group menyatakan, kenaikan harga iridium dipicu oleh gangguan pasokan sepanjang tahun lalu. "Dan meningkatnya permintaan logam ini untuk pembuatan layar-layar elektronik,” kata manajemen Heraeus Group dikutip dari Bloomberg, Ahad, 28 Maret 2021.
Salah satu daya tarik iridium adalah investasi yang terbatas pada produksi platina, yang mayoritas digunakan pada industri otomotif untuk mengurangi emisi. Sedangkan, investor mempertimbangkan potensi kenaikan permintaan platina dari teknologi hidrogen baru terhadap pergeseran ke pasar kendaraan listrik.
Pangsa pasar iridium jauh lebih kecil dibandingkan logam mulia lainnya, dan terhambatnya produksi akan menimbulkan dampak besar pada pergerakan harga. Hal ini juga didukung oleh mayoritas permintaan iridium yang didominasi sektor industri.
Kelebihan lain dari komoditas yang digunakan pada pembuatan busi kendaraan ini juga tidak diperdagangkan di bursa manapun atau melalui exchange traded funds (ETF). Pembelian oleh investor ritel dibatasi dalam beberapa batang logam atau disebut ingots dari sejumlah pedagang, sementara investor besar membeli langsung dari produsen logam ini.
Portfolio Manager di Valent Asset Management Jay Tatum menjelaskan, waktu antara pesanan dan pengiriman iridium (lead time) di sisi pasokan terlalu lama untuk menambah pasokan logam ini secara tepat waktu. “Satu-satunya solusi jangka pendek adalah harga yang tinggi akan membuat para investor menjual kepemilikannya,” kata Tatum.
Sementara itu, reli harga iridium juga berdampak pada kenaikan harga logam kelompok platina. Harga palladium kini berada 9 persen di bawah rekor harga tertinggi sepanjang sejarah. Adapun harga rhodium mencapai rekor tertinggi pada US$ 29.800 per ounce pada pekan ini.
Sedangkan harga Bitcoin pada 15 Maret 2021 berada di sekitar level US$ 60.000 atau sekitar Rp 864,3 juta (asumsi kurs Rp 14.404 per dolar AS).
Mata uang digital terpopuler itu terpeleset menjadi US$ 58.957 atau sekitar Rp 849,3 juta di perdagangan Asia. Padahal sepekan sebelumnya, Bitcoin menembus rekor US$ 61.782 atau sekitar Rp 889,9 juta.
BISNIS