Karet Menghilir KARET, yang pernah menjadi komoditi primadona, semakin mengkeret, baik pasar maupun harganya. Di tengah kondisi suram ini, Presiden Soeharto -- ketika meresmikan 59 pabrik karet di Bekasi, Kamis pekan lalu -- mengimbau agar para pengusaha segera terjun ke industri hilir karet. "Peluang untuk ini cukup besar, karena Indonesia memiliki perkebunan karet yang cukup luas," katanya. Dengan alternatif ini, selain bisa terhindar dari risiko jatuhnya harga karet mentah di pasaran internasional, juga bisa diperoleh nilai tambah yang lumayan. Pabrik karet yang 59 itu, selain mampu menampung sekitar 27 ribu tenaga kerja, juga akan mengalirkan devisa yang menawan. Menurut Menperin Hartarto, dari produk-produk berupa sepatu, sarung tangan, dan lain-lain, diperkirakan akan terkumpul devisa sekitar 467 juta dolar per tahun. Ini hampir separuh dari total ekspor karet, yang rata-rata mencapai 1 milyar dolar. Makanya, Presiden mengisyaratkan agar karet diperlakukan seperti rotan dan kayu, yang setahap demi setahap, diarahkan ke industri hilir. Bukan mustahil, kelak, akan muncul larangan ekspor karet mentah, seperti yang berlaku pada rotan mentah. Atau, karet olahan mungkin dikenakan pajak ekspor yang tinggi, seperti terjadi pada kayu gergajian dan kayu olahan. Lihat saja nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini