ADA kelebihan produksi timah di pasaran dunia, dan karena itu ada fluktuasi harga yang mencemaskan. Itulah masalah yang harus dihadapi Kuntoro Mangkusubroto, Dirut PT Timah yang baru sebulan dilantik. Komoditi timah, yang tahun lalu sempat mencatat US$ 10.500 per ton, pekan lalu merosot menjadi US$ 6.500 per ton. Sementara ini, PT Timah tak bisa menggenjot produksi, apalagi karena Asosiasi Negara-Negara Produsen Timah (ATPC) sepakat mengurangi produksi tahun 1990 sekitar 5%. "Menghadapi situasi ini, pilihan kami hanyalah menekan biaya produksi," kata Kuntoro dalam jumpa pers Rabu lalu. Menurut Kuntoro, manajemen baru hendak mengupayakan efisiensi secara struktural. Itu berarti, biaya produksi yang telah ditekan manajemen sebelumnya (di bawah Dirut Sudjatmiko) sampai sekitar Rp 11 juta setahun, bisa saja melonjak jadi Rp 13-15 juta. "Saya akan menekankan pemeliharaan alat-alat produksi. Ada kapal keruk atau PLTD yang sudah beroperasi sejak 1920-an. Sekarang, kalau mau meningkatkan efisiensi, mungkin perlu modernisasi," kata Kuntoro. Tapi karyawan PT Timah yang 25.800 jumlahnya tetap dipertahankan, tanpa kenaikan gaji 10%, seperti yang akan diberikan pemerintah kepada pegawai negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini