BERPULUH pintu depan toko di Jakarta kini ditempeli sticker
warna-warni. "Itu lambang berbagai perusahaan kartu korting.
Setiap langganan yang memegang salah satu kartu itu akan
mendapat korting harga hingga 10%", ujar seorang pemilik toko di
jalan Sabang. Bisnis itu timbul, karena berbelanja dengan harga
'murah' merupakan kesenangan yang bukan rahasia lagi bagi
ibu-ibu rumah tangga. "Kadang-kadang untuk mendapat potongan
harga sedikit saja, ada yang mau menawar sampai berjam-jam",
tutur seorang pemilik toko lainnya di Proyek Senen. "Nah,
kerepotan itulah yang berusaha kami atasi", ujar Daniel dari
Borobudur Jaya Discount Card.
Di mana saja kartu itu bisa digunakan? Biasanya kepada setiap
pemilik kartu yang cuma berlaku setahun itu diberikan sebuah
buku kecil yang berisi alamat toko-toko yang mendukung usaha
perusahaan kartu korting itu. Korting masing-masing toko
berbeda-beda, sesuai dengan perjanjian antara perusahaan kartu
korting dengan toko-toko itu. Jumlahnya tidak lebih dari 10%
dari harga pembelian. Masih perlu tawar-menawar atau tidak? Itu
tergantung dari pemaik toko yang jadi sponsor (patron)
perusahaan kartu itu. Biasanya dalam buku kecil yang berisi
nama-nama sponsor itu tercantum keterangan: discount 10% setelah
tawar-menawar. Tapi umumnya di situ hanya tercantum jumlah
korting tanpa embel-embel lain.
Mandi Uap
Lalu apa keuntungan pemilik kartu itu? "Yang terang saya bisa
mendapat korting dalam berbelanja", kata seorang pemain kartu
pada TEMPO. Dan hingga sekarang uang iuran tahunan sebesar Rp 5
ribu sudah kembali", katanya lagi. Hitungannya begini: kalau
berbelanja hingga mencapai jumlah Rp 50 ribu setahun dan
mendapat korting 10, itu sama dengan jumlah yang telah disetor
kepada perusahaan kartu korting. Baru kalau sang pemaik kartu
berbelanja lebih dari jumlah itu, ia benar-benar menikmati
potongan harga yang sebenarnya. Menurut seorang pegawai
perusahaan kartu korting, kebanyakan pemegang kartu itu adalah
orang-orang bisnis yang sibuk yang akan membelanjakan uangnya
untuk berbagai keperluan di atas Rp 50 ribu setahun. Makanya
yang tercantum di daftar sponsor berkisar mulai dari restoran,
klab malam, tempat mandi uap, apotik, tukang jahit, toko barang
kelontong, toko radio, hotel, hingga ke bengkel mobil.
Keuntungannya bagi sponsor: "Promosi perusahaan kami", ujar
salah seorang pemilik toko. Sedang keuntungan perusahaan kartu
korting itu berasal dari uang iuran anggota. Setiap peminat yang
mau memiliki kartu korting itu harus mendaftarkan diri sambil
membayar uang iuran yang besarnya seragam di antara
perusahaan-perusahaan kartu korting itu: Rp 5 ribu setahun, yang
dibayar setelah kartu diterima. Tapi ada pula perusahaan yang
memungut uang pendaftaran Rp 1.500 di samping iuran tadi. Jadi
kalau selama 6 bulan saja perusahaan bisa mengumpulkan 400
anggota, berarti terkumpul uang Rp 2 juta. Padahal ada
perusahaan yang bisa menyiumpulkan sampai 1000 anggota dalam
setahun. Jumlah pemegang kartu itu akan bertambah terus, karena
ada penjaja salesmen) yang berkeling mencari langganan. Para
penjaja itu mendapat uang transpor Rp 300/hari di samping komisi
seribu perak untuk tiap anggota yang berhagil digaetnya. Bahkan
ada perusahaan kartu korting yang menjanjikan hadiah sepeda
motor kalau salesmn itu mampu memasukkan 300 angota.
Walhasil, kini sudah ada selusin nama perusahaan yang
mengeluarkan kartu korting. Mulai dari yang berkantor di Gang
Tembok, hingga yang berkantor di jalan Patrice Lumumba. Dari
yang pasang telepon sampai yang harus dihubungi sendiri di jalan
Cipete ataupun di Jalan Raya Bogor. Bisnis ini kelihatannya
tidak terlalu banyak risiko. Cukup menggunakan ruang tamu rumah
seseorang plus modal sekitar Rp 300 ribu untuk mencetak
formulir, sticker dan kartu anggota, serta memiliki relasi
banyak. Kalau mau lebih keren, dengan modal Rp 1 juta usaha itu
akan berjalan lebih lancar. Makanya usaha ini umumnya
dilaksanakan oleh anak-anak muda. "Dari pada nganggur", tukas
seorang pemilik usaha itu. Betul juga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini