Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Akhir "ronde ke-3"

Harga kayu bundar indonesia naik. perusahaan besar dapat bertahan harga, perusahaan kecil bangkrut. bila angka produksi dikendalikan krisis akan berakhir. (eb)

28 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRISIS kayu "ronde ke-3" akhir tahun lalu ternyata tidak sampai berkepanjangan. Hanya tiga bulan. Sejak Januari silam, harga kayu bundar Indonesia mulai merangkak naik -- meski agak malu-malu. Mula-mula beranjak dari US$ 36 menjadi 38/m3. Beberapa hari kemudian naik lagi dua dollar, dua dollar, hingga mencapai US$ 46 pertengahan Pebruari tadi saat laporan ini dikirimkan koresponden TEMPO di Samarinda. Para pengusaha kayu bahkan masih meramalkan kenaikan itu akan mencapai 50 dollar bulan April nanti. Mengapa? Sebagaimana dulu-dulu juga, kenaikan harga logs kali ini disebabkan persediaan yang menipis. Sebab bulan-bulan terakhir ini pengusaha kayu praktis terhambat produksinya gara-gara turunnya hujan yang berkepanjangan. Di samping itu, tidak sedikit tenaga yang menangani produksi (umumnya Cina Malaysia) mengambil cuti panjang untuk merayakan tahun baru Imlek bersama keluar- ganya. Lalu, sejauh mana kenaikan kayn ini bisa dinikmati pengusaha kita? "Yang paling untung perusahaan besar", ujar Masykur, staf pada PT Persada Bumi Hijau. Menurutnya, perusahaan besar masih mempunyai stok kayu yang cukup banyak. Sebab ketika harga logs merosot, mereka ini tidak segan-segan menumpuk kayunya menunggu kenaikan harga. Sedang pengusaha kecil, biasanya begitu tebang langsung ekspor mengingat modal yang harus selalu berputar. Bahkan PT Sumber Mas Timber pernah dikabarkan membiarkan kayunya busuk untuk mempertahankan harga yang layak. Di samping modalnya kuat perusahaan ini juga punya industri penggergajian, hingga kayu-kayunya yang tak laku diekspor (karena busuk) dapat diproses sendiri. Siapa Wasit? Karena tinggi rendahnya harga kayu banyak berkaitan dengan banyak tidaknya persediaan, tak ayal bila ada yang berpendapat seharusnya ada pengendalian produksi. "Karena para pengusaha saling kejar mengejar produksi, akibatnya persediaan kayu kita melebihi kebutuhan pembeli. Dengan sendirinya harganya jatuh", ujar seorang pengusaha. Tapi siapa yang bertindak sebagai wasit yang dimaksud? "Tentu saja pemerintah", tambahnya. Dikatakan, aturan permainan itu sebenarnya sudah ada. Tinggal pengawasannya. Pengusaha yang punya areal 50.000 ha umpamanya menurut peraturan hanya diperbolehkan berproduksi 1.500 m3/bulan. Tapi pada pelaksanaannya ada yang berproduksi sampai 3.000 m3 bahkan jauh di atasnya. Dan pengawasan itu sejak 6 bulan lalu di Kaltim agak terasa, meskipun belum ketat benar. Padahal pengawasan ini di samping mampu mempertahankan stabilitas harga juga menguntungkan kelestarian hutan. "Petugas kehutanan umumnya hanya sampai di kem, tidak sampai ke tempat penebangan", begitu tutur pengusaha lain yang juga enggan disebut namanya. Meski begitu pengaruhnya sudah mulai ada. Beberapa pengusaha sudah mulai ambil langkah untuk berusaha menjaga agar kelebihan produksinya tidak ketahuan. Di antaranya dengan mendirikan PT baru sebagai eksportir yang menampung sebagian hasil produksi perusahaannya yang telah ada. Mengenai hal itu, seorang pengusaha berkisah begini: Kalau hasil produksi itu diekspor sendiri, maka tampak dengan jelas bahwa angka ekspornya jauh lebih tinggi dari ketentuan nilai produksi. Maka agar angka produksi itu tidak kelihatan tinggi, produksi itu diekspor oleh dua PT yang sebenarnya dimiliki oleh satu orang Menghadapi "kelicikan" pengusaha yang begini maka jelaslah bahwa pengawasan di hutanlah yang perlu diperketat. Sebab menebang hutan melebihi ketentuan sudah bukan rahasia lagi. "Kalau pengawasan angka produksi ketat, kami sendiri dan pengusaha-pengusaha lain bisa mati kutu" tambahnya. Selama angka produksi dikendalikan, maka kenaikan harga kayu saat ini tidak akan menghasilkan "krisis kayu ronde ke-4". Begitu umumnya pendapat pengusaha di Samarinda. Apalagi kalau pemasaran kayu sudah bisa diperluas ke negara-negara Eropa, sebagai mana sudah mulai tampak saat ini. Beberapa kapal logs yang mengangkut kayu ke Eropa sudah mulai muncul satu dua di Mahakam. "Bulan Januari tadi, saya dapat satu kapal dari Eropa". ujar Hamid Tharif dari Bhinneka Line Samarinda membenarkan berita masuknya kayu Kaltim ke Eropa itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus