KRISIS kayu "ronde ke-3" akhir tahun lalu ternyata tidak sampai
berkepanjangan. Hanya tiga bulan. Sejak Januari silam, harga
kayu bundar Indonesia mulai merangkak naik -- meski agak
malu-malu. Mula-mula beranjak dari US$ 36 menjadi 38/m3.
Beberapa hari kemudian naik lagi dua dollar, dua dollar, hingga
mencapai US$ 46 pertengahan Pebruari tadi saat laporan ini
dikirimkan koresponden TEMPO di Samarinda. Para pengusaha kayu
bahkan masih meramalkan kenaikan itu akan mencapai 50 dollar
bulan April nanti. Mengapa?
Sebagaimana dulu-dulu juga, kenaikan harga logs kali ini
disebabkan persediaan yang menipis. Sebab bulan-bulan terakhir
ini pengusaha kayu praktis terhambat produksinya gara-gara
turunnya hujan yang berkepanjangan. Di samping itu, tidak
sedikit tenaga yang menangani produksi (umumnya Cina Malaysia)
mengambil cuti panjang untuk merayakan tahun baru Imlek bersama
keluar- ganya. Lalu, sejauh mana kenaikan kayn ini bisa
dinikmati pengusaha kita? "Yang paling untung perusahaan besar",
ujar Masykur, staf pada PT Persada Bumi Hijau. Menurutnya,
perusahaan besar masih mempunyai stok kayu yang cukup banyak.
Sebab ketika harga logs merosot, mereka ini tidak segan-segan
menumpuk kayunya menunggu kenaikan harga. Sedang pengusaha
kecil, biasanya begitu tebang langsung ekspor mengingat modal
yang harus selalu berputar.
Bahkan PT Sumber Mas Timber pernah dikabarkan membiarkan kayunya
busuk untuk mempertahankan harga yang layak. Di samping modalnya
kuat perusahaan ini juga punya industri penggergajian, hingga
kayu-kayunya yang tak laku diekspor (karena busuk) dapat
diproses sendiri.
Siapa Wasit?
Karena tinggi rendahnya harga kayu banyak berkaitan dengan
banyak tidaknya persediaan, tak ayal bila ada yang berpendapat
seharusnya ada pengendalian produksi. "Karena para pengusaha
saling kejar mengejar produksi, akibatnya persediaan kayu kita
melebihi kebutuhan pembeli. Dengan sendirinya harganya jatuh",
ujar seorang pengusaha. Tapi siapa yang bertindak sebagai wasit
yang dimaksud? "Tentu saja pemerintah", tambahnya. Dikatakan,
aturan permainan itu sebenarnya sudah ada. Tinggal
pengawasannya. Pengusaha yang punya areal 50.000 ha umpamanya
menurut peraturan hanya diperbolehkan berproduksi 1.500
m3/bulan. Tapi pada pelaksanaannya ada yang berproduksi sampai
3.000 m3 bahkan jauh di atasnya.
Dan pengawasan itu sejak 6 bulan lalu di Kaltim agak terasa,
meskipun belum ketat benar. Padahal pengawasan ini di samping
mampu mempertahankan stabilitas harga juga menguntungkan
kelestarian hutan. "Petugas kehutanan umumnya hanya sampai di
kem, tidak sampai ke tempat penebangan", begitu tutur pengusaha
lain yang juga enggan disebut namanya. Meski begitu pengaruhnya
sudah mulai ada. Beberapa pengusaha sudah mulai ambil langkah
untuk berusaha menjaga agar kelebihan produksinya tidak
ketahuan. Di antaranya dengan mendirikan PT baru sebagai
eksportir yang menampung sebagian hasil produksi perusahaannya
yang telah ada.
Mengenai hal itu, seorang pengusaha berkisah begini: Kalau hasil
produksi itu diekspor sendiri, maka tampak dengan jelas bahwa
angka ekspornya jauh lebih tinggi dari ketentuan nilai produksi.
Maka agar angka produksi itu tidak kelihatan tinggi, produksi
itu diekspor oleh dua PT yang sebenarnya dimiliki oleh satu
orang Menghadapi "kelicikan" pengusaha yang begini maka jelaslah
bahwa pengawasan di hutanlah yang perlu diperketat. Sebab
menebang hutan melebihi ketentuan sudah bukan rahasia lagi.
"Kalau pengawasan angka produksi ketat, kami sendiri dan
pengusaha-pengusaha lain bisa mati kutu" tambahnya.
Selama angka produksi dikendalikan, maka kenaikan harga kayu
saat ini tidak akan menghasilkan "krisis kayu ronde ke-4".
Begitu umumnya pendapat pengusaha di Samarinda. Apalagi kalau
pemasaran kayu sudah bisa diperluas ke negara-negara Eropa,
sebagai mana sudah mulai tampak saat ini. Beberapa kapal logs
yang mengangkut kayu ke Eropa sudah mulai muncul satu dua di
Mahakam. "Bulan Januari tadi, saya dapat satu kapal dari Eropa".
ujar Hamid Tharif dari Bhinneka Line Samarinda membenarkan
berita masuknya kayu Kaltim ke Eropa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini