Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kejutan raja sedan

Honda motor co telah mendirikan pabrik mesin sedan pertama di indonesia: pt honda prospect engine manu facturing di sunter, jakarta. tahap i menyerap investasi us$ 6,7 juta untuk pembelian mesin-mesin.(eb)

7 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS mobil, sekalipun meningkat tahun lalu, 1987 ini masih tanda tanya. Tapi bagi Honda, kelesuan ekonomi, tahun ini, tak dijadikan alasan untuk menghentikan niatnya membuat pabrik mesin di Jakarta. Diam-diam perusahaan mobil terkenal, Honda Motor Company Ltd., itu telah mendirikan pabrik mesin sedan pertama di Indonesia, PT Honda Prospect Engine Manufacturing, disingkat Hope. Pabrik yang terletak di kawasan Sunter ini, melakukan uji coba produksi sejak Desember lalu. Dan Senin pekan ini, Hope diresmikan secara sederhana dengan undangan terbatas. H. Shiomi, Managing Director Honda Motor Company Ltd., yang meresmikan pabrik ini, mengatakan bahwa pendirian pabrik ini tidak berbeda dengan apa yang telah dilakukan Honda di 33 negara maju, seperti AS dan Kanada: Ingin mendekati konsumen. "Kebijaksanaan luar negeri inilah yang menyebabkan Honda kini menjadi merk terbesar nomor empat, setelah General Motor, Ford, dan Chrysler," kata Shiomi. Dengan kebijaksanaan seperti itu, keharusan pengembangan ke arah industri lokal sampai dengan industri mesin di Indonesia tidak merupakan masalah bagi Honda. "Usul pendirian pabrik mesin ini sudah kami ajukan kepada pemerintah pada 1982," kata Shiomi. Bila tidak memproses izinnya pada waktu itu, Honda - yang kini merajai pasaran sedan di sini - mungkin harus tersingkir. Maklumlah, empat besar raja jalanan (Suzuki, Daihatsu, Toyota, dan Mitsubishi) yang baru tahun lalu membuka pabrik mesin untuk mobil komersial di sini, kini ternyata memakai mesin-mesin itu untuk sedan juga. Sedan Suzuki mulai populer, bahkan Toyota telah mencatat angka penjualan sedan yang mendekati jumlah pemasaran sedan Honda. Dengan pasar Honda baru sekitar 10.000 unit per tahun, sekarang ini, apakah PT Hope bukan merupakan proyek rugi? "Tunggu dulu. Ini 'kan perusahaan swasta," kata Ang Kang Ho, Direktur PT Prospect Motor. Prospect adalah perusahaan lokal yang memegang 30% saham Hope, berpatungan dengan perusahaan Jepang, Honda Motor Company dan Kanematsugosha, yang memegang masing-masing 55% dan 15%. Investasi yang mereka tanamkan tidaklah terlalu fantastis. "Rencana investasi Hope sekitar US$ 30 juta dibagi empat tahap sampai 1990," kata bos Prospect Motor, Hadi Budiman, paman Kang Ho. Ini memang bukan jumlah yang besar bila dibandingkan dengan misalnya pabrik mesin Toyota, PT Toyota Engine Indonesia (TEI), dan pabrik mesin Mitsubishi PT Colt Engine Manufacturing (CEM) -- keduanya diresmikan Januari 1986 -- yang tempo hari dikabarkan bakal menelan inventasi total masing-masing US$ 110 juta, dan US$ 130 juta. Hope, menurut Hadi Budiman, pada tahap pertama menyerap investasi sekitar US$ 6,7 juta, antara lain untuk pembelian mesin-mesin. Mesin-mesin yang memakai komputer ini konon lebih modern daripada yang dipakai Honda di Jepang sendiri. Citra Honda sebagai mobil mahal, tampaknya masih akan dipertahankan. "Kalau pemerintah menyuruh kami jual murah, ya, murah," tutur Hadi Budiman sambil melirik Dirjen Industri Mesin dan Logam Dasar Eman Yogasara, yang ikut meninjau pabrik pada peresmian 2 Februari itu. Yang jelas, biaya mesin Honda yang diimpor dalam keadaan terurai penuh kini tidak lagi terkena tarif impor (100%). Tetapi penyusutan dan bunga pinjaman menjadi beban biaya baru. Semula, mobil Honda yang diimpor Imora 17 tahun silam, pikap jenis mini, sulit mendapatkan pasar. Baru pada pertengahan 1970-an, setelah memasarkan Civic, namanya jadi populer. Apalagi setelah Accord diluncurkan pada akhir 1970-an. Dua tipe itulah yang kini terus dipertahankan Imora. Program lokalisasi Honda dimulai dengan mendirikan pabrik perakitan badan sedan, pada 1975. Pada 1979, berdiri perusahaan pembuat suku cadang, PT Imora Honda. Kini, lokalisasi itu telah sampai ke jantung industri mobil, dengan mulai merakit mesin. Tapi sejauh ini, menurut manajer Imora, Ang Kang Ho, penggunaan komponen lokal baru sekitar 20%. Mungkinkah nanti diekspor? Beberapa pengusaha mobil akhir-akhir memang bersuara pesimistis tentang hal ini. M.W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus