I Nyoman Moena, 55, tak lagi jadi orang nomor satu di Overseas Express Bank (OEB). Posisinya sebagai direktur utama di bank devisa itu kini sudah diisi orang lain. Dialah Trenggono Purwosuprodjo, 40, manajer profesional, terakhir Direktur Keuangan PT Federal Motor, perusahaan yang bernaung dalam grup Astra. Penggantian seorang dirut bank boleh jadi sesuatu yang biasa. Tapi jika itu dilakukan diam-diam - Nyoman sudah diganti Mei tahun lalu - wajar jika banyak orang tertanya-tanya: apa sebenarnya yang terjadi di OEB. Maklumlah, Nyoman dan OEB adalah dua nama yang sudah cukup dikenal di sini. Nyoman, Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Swasta Nasional (Perbanas), merupakan salah satu arsitek yang ikut membidani lahirnya OEB, 12 tahun lalu. Malah, di bank itu, ia juga salah seorang pemegang saham, bersama sedikitnya 4C pengusaha dan bekas pejabat (di antaranya Almarhum Adam Malik, dan bekas KSAU Soewoto Soekendar). OEB sendiri adalah hasil gabungan tujuh bank swasta - setelah melalui enam kali merger. Pernah menjabat Direktur BI (1966-1967), Nyoman, kelahiran Denpasar, Bali, terbilang bankir yang suka bicara gamblang. Akrab dengan wartawan, dia termasuk bankir yang kerap masuk koran. Dan dialah tokoh yang ikut meyakinkan BI hingga mau menyertakan modal sebagai pemegang saham di OEB. Yakni ketika OEB memerlukan dana tambahan sekitar Rp 3 milyar -- dari Rp 6 milyar yang dibutuhkan -- untuk bisa menjadi bank devisa (1980). BI, hingga kini, tercatat sebagai pemilik saham sekitar 50% di OEB. Lalu, mengapa Nyoman akhirnya diganti? Rupanya, tengah terjadi perubahan manajemen di OEB. Menurut Syahrizal, Kepala Urusan Pasar Uang dan Modal BI, di bank yang (sampai Juni 1986) beraset sekitar Rp 194 milyar itu - memiliki sembilan cabang dengan lebih dari 1.000 karyawan - kini tengah dilakukan peremajaan. "Kita ingin melihat butir-butir darah baru," ujar juru bicara BI itu. Tak tanggung-tanggung, bersama Nyoman, turut pula diganti wakilnya, Sucahyo Winoto, dan tiga orang direktur lainnya - yang semuanya pemegang saham. Adalah BI sebagai pemegang saham mayoritas di bank itu yang menghendaki diadakan perubahan manajemen OEB. "Tak ada kasus menyangkut Pak Nyoman atau direksi lama. Semua beres. Kita cuma mau adakan perubahan demi kemajuan," kata Syahrizal kepada TEMPO. Dia tak menyebut persis kemajuan seperti apa yang diinginkan BI. Tapi sumber TEMPO mengatakan, pertumbuhan OEB (misalnya dalam aset) memang tertinggal dibandingkan 10 bank devisa lainnya. "Dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan aset bank devisa, OEB ketinggalan sedikitnya 10 persen," katanya. Ada dugaan, itu bisa terjadi karena direksi di masa Nyoman kerap terongrong oleh ketidakakuran di antara beberapa personel pemegang sahamnya (di luar BI). Sehingga, cukup banyak waktu dihabiskan untuk konsolidasi. Misalnya menghadapi ketidakakuran yang sudah berlangsung bertahun-tahun, antara para pemegang saham dari keluarga Sumali (Budianto dan Jordanto) saudara mereka, Sutianto Sumali dan pemegang saham lainnya. Kepada TEMPO, Nyoman sendiri tak membantah adanya perselisihan pribadi di antara pemegang saham tadi. "Saya kira, itu normal saja. Di mana-mana terjadi, karena macam-macam sebab. Misalnya ada yang merasa punya anak yang baru sekolah dari luar negeri, tapi kecewa karena anaknya tak mendapat kesempatan. Saya kira, biasa saja. Saya juga 'kan mau kalau anak saya bisa kerja dan berkuasa di bank saya," tutur Nyoman. Toh, katanya, semua tetap belum sampai mengganggu keuangan OEB, hingga misalnya merugi. "Ada pihak-pihak, memang, yang mencoba mendiskreditkan direksi dengan sebutan rugi. Tapi setelah kami periksakan lewat akuntan, dan juga BI, ternyata 'ndak benar. Malah yang menuduh itu, belakangan, juga tak bisa menerangkan apa yang mereka maksudkan rugi itu di buku," ujar Nyoman, tanpa menyebut pihak yang melemparkan tuduhan itu. Dia tampaknya menahan diri untuk tak membeberkan apa sebenarnya yang terjadi di antara beberapa personel pemegang saham tadi. Tapi keadaan ini agaknya dianggap kurang patut oleh BI. Karena itu, BI mengambil kebijaksanaan mencegah para pemegang saham duduk di kursi direksi. Kecuali Lindiani Harsono, salah seorang direktur semasa kepemimpinan Nyoman, dan juga pemegang saham, tak seorang pun direksi lama diikutkan dalam direksi baru. Bahkan jumlah direksi dikurangi dari enam orang sebelumnya menjadi empat orang. Ada waktunya memang pengurusan suatu bank diserahkan pada tenaga manajer profesional. "Sebab, kalau terlambat, dan kita telanjur besar, sedangkan dasar belum baik, pada suatu saat bisa jadi bumerang," kata Nyoman Moena. Maka, kendati bank yang berkantor di kawasan perdagangan mobil di sekitar Pecenongan, Jakarta, sampai pertengahan Juni lalu, masih bisa menghasilkan laba sekitar Rp 3,7 milyar. Dia menyambut gembira perubahan manajemen yang diusulkan BI itu. "Saya gembira karena pengganti kami tenaga-tenaga muda yang benar-benar profesional dan enerjetik," ujarnya. BI sendiri memang cukup lama menyeleksi calon pengganti Nyoman dkk. "Saya sendiri sudah diwawancarai tahun lalu," kata Trenggono Purwosuprodjo, Dirut baru OEB. Pria berkumis tipis dengan tubuh tinggi tegap ini mengaku gembira dan "tertantang" dengan pekerjaan barunya kali ini. Anak pensiunan karyawan bagian kredit- Bapindo ini lahir di Banyumas. Ia menyelesaikan studinya di FE UI Extension, 1967. Lalu bekerja di PT Free Port Indonesia di Irian Jaya selama empat tahun. Lalu, ayah dua anak ini pindah ke Jakarta, dan bergabung dengan Citibank. Dan dari bank inilah, setelah enam tahun bekerja, terakhir jadi manajer, dia kemudian melompat ke Federal Motor, dan kemudian jadi salah satu direktur. Tampak sangat berhati-hati, Trenggono belum mau bicara banyak tentang apa yang akan dilakukannya di OEB. "Saya tak sendirian, melainkan satu tim dengan dua teman. Tugas kami, berusaha meningkatkan pertumbuhan OEB, antara lain dalam aset," kata Trenggono. Dia memang didampingi dua direktur lain. Masing-masing 40 tahunan. Yaitu Bambang Soegiharto, sebelumnya adalah salah seorang manajer di Bank Internasional Indonesia, dan Suryadi Suryaningrat, yang ditarik BI dari Bank Duta. Dan di pundak merekalah, para manajer muda profesional ini, masa depan OEB dipercayakan BI. M.S., Laporan Suhardjo Hs. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini