Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kemenperin: Impor Kentang Segar Alami Penurunan

Abdul Rochim mengatakan produksi kentang Indonesia pada tahun lalu sekitar 1,5 juta ton.

25 November 2019 | 06.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Syarif Husen menunjukkan kentang yang menggunakan benih unggulan yang dihasilkannya. dok. Humas UMM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Belgapom (Federasi perdagangan dan industri pengolahan kentang Belgia) Romain Cools menuturkan pihaknya fokus memperluas pasar kentang kentang olahan ke Indonesia. Cools mencatat ada pertumbuhan signifikan untuk produk kentang olahan ke Indonesia pada 2018 menjadi 18 ribu ton, dari tahun sebelumnya yang hanya 9 ribu ton. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pasar olahan kentang memang kebanyakan berasal dari Amerika Utara karena adanya restoran cepat saji yang sudah hadir lebih dulu. Namun, kami yakin ada potensi besar untuk memperluas pasar di sini," tutur Cools kepada Tempo saat dijumpai di Jakarta beberapa waktu lalu, seperti dilansir di Koran Tempo, edisi Senin 25 November 2019. 

Menurut dia, kesadaran konsumsi kentang olahan terus tumbuh di Indonesia karena populasi orang muda yang sadar akan kualitas hidup mulai berubah di beberapa bagian negara. Belum lagi, kata dia, jumlah kalangan kelas menengah terus tumbuh. Selain itu, orang dengan pendidikan, pekerjaan, pendapatan lebih tinggi juga dalam tren naik. 

"Industri  juga didukung oleh kegemaran masyarakat untuk melakukan perjalanan (travelling) dan mencari pengalaman berbeda," ujar Cools. 

Meski begitu, Cools mengatakan bahan baku produk kentang olahan belum bisa dipenuhi di Indonesia lantaran iklim yang masih relatif panas dan luas area lahan yang belum memadai. Hal tersebut membuat perusahaan kentang olahan asal Belgia masih berpikir panjang untuk membangun pabrik di tanah air.

Pasalnya, kata dia, jika ingin membangun industri kentang olahan yang kompetitif, perusahaan harus bisa membangun pabrik yang bisa bekerja selama 365 hari dalam setahun, 7 sehari, 24 jam.

"Produksi kami tidak pernah berhenti bekerja, kecuali hanya untuk perawatan besar-besaran. Jika kami mempunyai pabrik di sini, tapi tidak bisa produksi maka kami akan kehilangan uang karena mesin tidak bekerja," ujar Cools. 

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan produksi kentang Indonesia pada tahun lalu sekitar 1,5 juta ton. Adapun varietas kentang yang diproduksi dari dalam negeri itu adalah granola atau kentang sayur. Sementara itu, kata Rochim, untuk kebutuhan industri biasanya menggunakan varietas atlantik. 
 
Menurut Rohim, untuk memenuhi kebutuhan industri, perusahaan masih melakukan impor kentang segar jenis atlantik dengan kode harmonized system (HS) 0701.90 dan kentang iris beku jenis atlantik dengan kode 2004.10. "Kentang segar impor akan diolah menjadi chip kentang sedangkan kentang iris beku akan diolah menjadi french fries," tutur Rohim.  
 
Meski begitu, Rochim mengatakan impor kentang segar terus mengalami penurunan karena kentang atlantik sudah mulai dibudidayakan di dalam negeri. Industri pengolahan kentang seperti Indofood Fritolay, ujar Rochim, mengimpor bibit kentang atlantik.
 
"Mereka bermitra dengan petani lokal untuk menanam bibit tersebut. Sebagian kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi dari dalam negeri," ujar Rochim. 
 
 
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Stefanus Indrayana mengatakan potensi pertumbuhan industri makanan olahan beku mengalami kenaikan, termasuk untuk olahan kentang beku. Menurut dia, potensi tersebut didorong oleh perubahan gaya hidup masyarakat dan keinginan diversifikasi sumber karbohidrat dalam sajian makanannya. 
 
"Saya rasa tren akan naik karena gaya hidup. Masyarakat kita sudah mulai terekspos juga akan hal ini, ditambah banyaknya restoran cepat saji," ujar Stefanus kepada Tempo, kemarin. 
 
Secara umum, Stafanus berujar makanan olahan beku lazim digunakan untuk memperpanjang masa simpan agar makanan tersebut tetap segar pada saat sampai ke konsumen. Menurut dia, perkembangan tersebut terus meningkat karena didorong daya beli dan tingkat urbanisasi yang terus tumbuh. Hal ini juga mendorong pertumbuhan ritel dengan rantai dingin yang menjadi penyedia ataupun pemasok makanan olahan beku. 
 
"Meski kontribusi makanan beku terhadap industri makanan dan minuman masih di bawah 10 persen, saya yakin bisnis akan terus tumbuh seiring berkembang bisnis hoteka, yaitu hotel, restoran dan katering," kata dia. 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus