Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kepala BGN Ungkap Alasan PSSI Sulit Menang: Main 90 Menit Berat, Karena Gizinya Tidak Bagus

Kepala BGN Dadan Hindayana menyoroti rendahnya kualitas gizi masyarakat sejak usia dini yang berdampak pada performa atlet Indonesia,

23 Maret 2025 | 16.43 WIB

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memenuhi undangan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat , 24 Februari 2025. Tempo/Hendrik Yaputra
Perbesar
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memenuhi undangan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat , 24 Februari 2025. Tempo/Hendrik Yaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyoroti rendahnya kualitas gizi masyarakat sejak usia dini yang berdampak pada performa atlet Indonesia, termasuk pemain sepak bola. Menurutnya, keterbatasan asupan gizi berkualitas menjadi salah satu alasan mengapa tim nasional sulit bersaing di kancah internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Jadi jangan heran kalau PSSI itu sulit menang, karena main 90 menit berat, kenapa? Karena gizinya tidak bagus. Banyak pemain bola lahir dari kampung,” ujar Dadan dalam sambutannya saat penandatanganan MoU antara BGN dan Kementerian Pekerjaan Umum di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Sabtu, 22 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dadan mengakui adanya peningkatan kualitas pemain sepak bola nasional dengan hadirnya pemain keturunan Belanda yang memiliki asupan gizi lebih baik. Namun, ia menilai bahwa Indonesia masih belum mampu menyaingi negara seperti Australia dan Jepang yang telah membangun kualitas gizi dan kecerdasan sumber daya manusia selama puluhan tahun.

“Nah sekarang PSSI sudah agak baik, karena 17 pemainnya merupakan produk makan bergizi di negeri Belanda. Meskipun belum mampu mengalahkan Australia dan Jepang, apalagi Jepang yang makan bergizinya sudah 100 tahun,” tutur Dadan.

Lebih lanjut, Dadan menegaskan bahwa selain kemampuan fisik, kecerdasan membaca permainan lawan juga menjadi faktor penting dalam kesuksesan atlet. Melalui program "Makan Bergizi Gratis", ia berharap kualitas gizi masyarakat dapat diperbaiki sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang lebih kompetitif. "Jadi untuk olahraga sekalipun kita butuh kecerdasan. Karena untuk bisa mengoper bola dengan cermat tanpa melihat, butuh kecerdasan," ucapnya. 

Di sisi lain, Dadan juga menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka pertumbuhan penduduk dari kalangan miskin dan rentan miskin. Hal ini, menurutnya, menjadi perhatian serius Presiden Prabowo Subianto dalam memastikan kecukupan gizi bagi generasi mendatang.

"Bapak Presiden melihat sangat miris, karena banyak anak yang sudah dapat, tapi lebih banyak lagi yang belum dapat. Sehingga ada laporan kenapa saya belum kebagian program tersebut. Jadi Pak Prabowo gelisah dalam perhatian itu dan minta percepatan," tuturnya. 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus