UNTUK menembus pasar Eropa, bagi PT Mayertex Indonesia mudah saja. Caranya sederhana: membeli mesin-mesin bekas. Perusahaan garmen yang terbilang kakap ini (skala ekspornya rata-rata Rp 6 milyar setahun) bulan lalu baru saja memenangkan lelang sejumlah mesin bekas (pembuat handuk, sprei, dan taplak meja), milik Florex Gmbh, salah satu dari empat industri tekstil paling terkenal di Jerman. Nilai mesin-mesin itu total 20 juta DM atau sekitar Rp 22 milyar lebih. Menurut Direktur Mayertex, Chamroel Djafri, dengan membeli mesin-mesin itu, pihaknya memperoleh banyak keuntungan, karena di situ sudah termasuk hak penggunaan merk, jaringan pemasaran (di beberapa negara), biaya bongkar pasang, dan ongkos angkut dari Jerman ke Indonesia. "Harga ini relatif sangat murah," ujarnya. Yang pasti, jauh lebih murah kalau dibandingkan harga mesin baru yang 50 juta DM. Selain itu, handuk yang berlabel Florex banyak dikonsumsi oleh kalangan atas dan hotel-hotel berbintang di Eropa. Sedangkan di sini, handuk semacam itu pasti punya prospek cerah, terutama karena pesatnya pertumbuhan hotel berbintang. Mesin-mesin Florex akan dipasang oleh Mayertex di kawasan Purwakarta, Jawa Barat. Produksinya bisa diharapkan akhir tahun depan, rata-rata 160 ton per bulan. Dan menurut Djafri, "Jenis produk tekstil ini belum masuk dalam daftar kuota pemerintah." Artinya, pasar ekspor handuk masih terbuka lebar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini