KELAPA parut kering (KPK) atau desiccated coconut -- hasil olahan dari kelapa segar -- kini menjelma sebagai komoditi baru yang layak ekspor. Ini merupakan hasil kerja PT Sari Segar Husada (PT SSH) -- sebuah perusahaan di bawah payung Grup Astra -- yang berlokasi di Telukbetung, Lampung. Selasa pekan lalu, Wakil Gubernur Lampung Man Hasan dan Komisaris Utama Grup Astra, William Soeryadjaya, melepas ekspor KPK sebanyak dua kontainer ke Belanda. Kegiatan ekspor ini sebenarnya sudah dilancarkan sejak April lalu. Sampai sekarang, PT SSH telah mengapalkan 50 kontainer, yakni 35 kontainer berupa KPK dan 15 kontainer minuman kaleng. Direktur utama perusahaan itu, Kusumo Subagio, mengatakan bahwa KPK dipasarkan ke Amerika Selatan, Inggris, Belanda, dan Belgia. Sedangkan minuman kaleng ke Taiwan, Brunei, dan Hong Kong. Devisa yang telah dihimpun dalam tiga bulan ini mencapai US$ 1.570 ribu. Subagio berpendapat, ekspor KPK merupakan terobosan dari kelesuan ekspor kopra. Dan dampaknya bagus buat petani. Harga kelapa di Lampung saat ini Rp 35 sampai Rp 50 per butir, sedangkan PT SSH bisa membelinya seharga Rp 100 sampai Rp 120 per butir. Pabrik milik PT SSH ini didirikan dengan investasi Rp 14,5 milyar, berkapasitas 26-28 ton KPK, 32.500 liter minuman air kelapa, dan 15.000 liter santan kelapa setiap hari. Sebanyak 750-800 tenaga kerja bisa diserap jika pabrik beroperasi penuh. Tapi bukannya tidak ada kesulitan. "Kemampuan mengupas kelapa masih rendah," kata Subagio lagi. Perusahaanny baru mampu mengupas 200 sampai 600 butir per hari. Padahal, pabrik di Filipina dan Sri Lanka, per hari bisa mengupas sampai 1.400 butir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini