Kiat saseka cari dana

PENGETATAN uang jalan terus, setidaknya tecermin dari bunga kredit yang rata-rata masih di atas 27%. Dalam situasi ini, bank-bank atau LKBB campuran tampak lebih gesit "cari dana". Hal ini ditempuh oleh PT Saseka Gelora Leasing -- berdiri 1981, dengan pemegang saham PT Uppindo, PT Bank Niaga, Indover Bank Netherlands, International Finance Corporation (AS), PT Ficorinvest, dan PT PDFCI. Senin pekan ini, di Bromo Room Grand Hyatt Jakarta, Saseka Gelora Leasing (SGL) menandatangani syndication loan untuk Revolving Credit Facility sejumlah US$ 25 juta. Bertindak sebagai arranger adalah BRI Finance Limited Hong Kong dan agennya Citicorp International Limited Hong Kong. Dewan direksi SGL, di bawah Presiden Direktur Jan Rondonuwu, mengakui bahwa pencarian fasilitas dari luar negeri itu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan atas dana yang beredar di dalam negeri. Hingga kini SGL sudah empat kali memperoleh pinjaman semacam itu -- total sudah US$ 111 juta. Sejak 1988, perhatiannya memang pada pembiayaan perusahaan yang berorientasi ekspor. Kendati bunganya rata-rata lebih dari satu point di atas LIBOR, pencarian dana tersebut tampaknya tetap menguntungkan. Pada 1990 jumlah aktiva SGL mencapai Rp 235,9 milyar (pada 1988 masih Rp 72,6 milyar). Dari jumlah itu, pembiayaan lease pada 1990 mencapai Rp 157,3 milyar (dua tahun sebelumnya cuma Rp 65,6 milyar). Tahun silam, SGL meraih laba Rp 7,7 milyar, sedang tahun 1988 baru Rp 3,1 milyar. Maka, SGL terus melaju di saat uang semakin ketat.