INDUSTRI soda abu pertama di Indonesia segera berdiri di Bontang, Kalimantan Timur. Direncanakan berproduksi tahun depan, dengan kapasitas 150 ribu ton per tahun, pabrik ini juga akan menghasilkan amonium klorida. Pemrakarsanya adalah bos Sahid Group, H. Sukamdani S. Gitosardjono, yang mengajak pihak China's National Technical Import-Export Corporation (CNTIC) dan Chengdu Chemical Engineering Corporation of China (CCECC) untuk kerja sama teknologi. Penandatanganan naskah kerja sama dilakukan Rabu pekan silam di Jakarta, melahirkan PT Kaltim Sahidtigamas Sodakimia (KSS). Kepala Humas Sahid Group, Bambang Suharto, mengatakan bahwa perangkat pabrik dan fasilitas pendukungnya segera akan didatangkan dari RRC -- senilai US$ 45 juta. Untuk itu, pihak Bank of China bersedia menyandang dana -- bunga dan periode pengembaliannya sedang dalam pembicaraan. Nilai total pabrik soda itu US$ 75 juta. Jumlah ini mencakup mesin dan biaya konstruksi senilai US$ 20 juta, ditambah overhead dan beban bunga. Sukamdani, perintis hubungan dagang langsung RI-RRC sejak 1985, kali ini seperti menuai berkah dari upayanya itu. PT KSS merupakan kerja sama teknologi pertama antara RI dan RRC. Di sini Sukamdani (memiliki 40% saham) bekerja sama dengan PT Sentracitra Pertiwi Maju (Boediarto Buntaran, 20%), PT Adi Dinamika Andhika (Subagio Wirjoatmodjo, 20%), dan Pupuk Kaltim (20%).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini