Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertamina (Perusahaan Tambang Minyak dan Gas Bumi Negara) adalah perusahaan minyak dan gas milik negara Indonesia yang bertugas untuk mengelola dan mengoperasikan sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi, di Indonesia. Pertamina didirikan pada 10 Desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional (Permina).
Pada 1960, nama perusahaan ini berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina. Selanjutnya, pada 20 Agustus 1968, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin dan resmi menjadi Pertamina, atau Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara.
Pada 4 November 2024, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar Kementerian BUMN, Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan pengangkatan Simon Aloysius Mantiri sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero), menggantikan Nicke Widyawati. Berikut adalah daftar Direktur Utama Pertamina dari masa ke masa
1. Ibnu Sutowo (1968-1976)
2. Piet Haryono (1976-1981)
3. Joedo Soembono (1981-1984)
4. Abdul rachman Ramly (1984-1988)
5. Faisal Abda'oe (1988-1996)
6. Soegijanto (1996-1998)
7. Martiono Hadianto (1998-2000)
8. Baihaki Hakim (2000-2003)
9. Ariffi Nawawi (2003-2004)
10. Widya Purnama (2004-2006)
11. Ari Hernanto Soemarno (2006-2009)
12. Karen Agustiawan (2009-2014)
13. Muhammad Husein (2014)
14. Dwi Soetjipto (2014-2017)
15. Yenni Andayani (2017)
16. Elia Massa Manik (2017-2018)
17. Nicke Widyawati (2018 dan 2024)
18. Simon Aloysius Mantiri (2024-sekarang)
Pada 10 Desember 1957, perusahaan minyak nasional Indonesia resmi berganti nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PERMINA), yang kemudian dikenang sebagai hari kelahiran Pertamina. Pada tahun 1960, PERMINA berubah status menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina. Selanjutnya, pada 20 Agustus 1968, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin membentuk PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina).
Melalui Undang-Undang No. 8 Tahun 1971, pemerintah menetapkan peran Pertamina dalam eksplorasi, pengolahan, dan distribusi migas untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Kemudian, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 mengubah status Pertamina, menjadikannya entitas usaha yang tetap menjalankan tugas Public Service Obligation (PSO).
Pada 18 Juni 2003, melalui Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003, Pertamina berganti nama menjadi PT Pertamina (Persero), dengan aktivitas mencakup sektor hulu hingga hilir. Dua tahun kemudian, pada 10 Desember 2005, Pertamina memperkenalkan logo baru berbentuk anak panah berwarna hijau, biru, dan merah, mencerminkan nilai-nilai dinamis dan kepedulian terhadap lingkungan.
Transformasi fundamental Pertamina berlanjut pada 20 Juli 2006, dengan visi baru pada 10 Desember 2007: “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.” Pada 2011, visi tersebut disempurnakan menjadi “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.” Pada RUPSLB 19 Juli 2012, Pertamina menambah modal disetor dan memperluas cakupan usaha.
Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina untuk mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan modal. Perubahan ini diresmikan melalui Akta No. 10 tanggal 11 Januari 2016. Pada 24 November 2016, Anggaran Dasar Pertamina kembali diubah, terkait struktur Direksi, Dewan Komisaris, serta pembagian tugas dan wewenang.
Transformasi berlanjut pada 2018 dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menjadi Subholding Gas Pertamina, menyatukan bisnis gas BUMN sebagai bagian dari roadmap Holding BUMN Sektor Migas. Puncaknya, pada 12 Juni 2020, Pertamina ditetapkan sebagai Holding Company di bidang energi.
MICHELLE GABRIELA | SUKMA KANTHI NURANI
Pilihan Editor: Simon Aloysius Mantiri dan Iwan Bule Jadi Petinggi Pertamina, Langgar Regulasi Jika Keduanya Tak Keluar dari Gerindra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini