HINGGA menjelang maghrib, kantor PT Harapan Mobil Nusantara di
Jalan Gajah Mada, Jakarta, masih kelihatan sibuk. Di lantai
bawah, sejumlah mekanik tengah mengotak-atik sebuah Ford Laser
GL merah. Adiwibawa Halim, direktur pelaksana distributor mobil
merk itu, uga repot. Hampir setiap saat dia harus melayani
panggilan telepon.
Dalam upaya meluncurkan produk baru Ford itu, Halim, 42 tahun,
memang tampak membuat persiapan matang, baik di bidang teknis
maupun strategi pemasaran. Di kelas 1.100 - 1.300 cc itu,
pendatang baru Laser (1.296 cc) harus berhadapan dengan nama
kuat Toyota Corolla DX (1.290 cc) yang diluncurkan sejak
Februari 1980. Di antara 9.300 unit lebih sedan di kelas ini
yang terjual tahun lalu, saham Corolla DX berjumlah 6.500 unit
lebih. Tahun ini (sampai Juli), mobil paling laku di Jepang itu
(tahun 1981 terjual 251 ribu unit lebih), angka penjualannya di
Indonesia sudah mencapai 6.400 unit.
Di kelas ini pun, Mitsubishi sudah lebih dahulu meluncurkan
Lancer SL. "Saya tahu Toyota, dan, Mitsubishi lebih maju," kata
Halim terus terang. "Saya harus lebih banyak belajar dari
mereka." Karena itulah, menurut dia, sebelum Laser diturunkan,
dia memerlukan bertandang ke kantor pusat Astra (agen tunggal
Toyota), dan Krama Yudha Tiga Berlian (agen tunggal Mitsubishi)
menemui para pejabat di kedua perusahaan itu. "Saya memerlukan
nasibat mereka," ujar Halim merendah.
Menyadari kekuatan pasar Corolla itu, Halim menyatakan tidak
akan mengambil sikap berkompetisi. "Saya hanya ingin menumpang
hidup saja," katanya. Dari pasar sedan jenis ini, dia
menargetkan Laser yang berharga Rp 9,4 juta (kosong) akan bisa
meraih saham sekitar 5 - 10%. Sasaran penjualan hingga akhir
tahun ini 800 unit. Jika jumlah itu tidak tercapai "itu berarti
kami tak mampu, dan mesti mengundurkan diri," ujar Halim. Tahun
depan dia menjangkakan mobil yang dipasarkannya akan mencapai
1.800 - 2.400 unit.
Menggunakan mesin Mazda dengan gerak roda depan, Laser merupakah
produk patungan Ford, AS, dan Toyo Kogyo (penghasil Mazda).
Mobil yang dibikin di Jepang dengan teknologi Amerika itu
diharapkan mampu memulihkan citra Ford yang pernah babak belur
di sini. Karena kurang mendapat dukungan pelayanan purna jual,
Ford Cortina, misalnya, rontok menghadapi persaingan di
kelasnya. Bahkan sampai kini pun, menurut Halim, Ford masih
kalah dengan Toyota dan Mitsubishi dalam pelayanan purna jual.
Sadar akan kekuatan merk lain, Hasyim Ning (PT IRMC, agen
tunggal Eord), kemudian mengajak Hendra Rahardja (Grup Harapan,
motor Yamaha) dan Halim (PT Amalgam, pembuat karoseri dan
distributor Nissan-Datsun) membentuk PT Harapan Mobil Nusantara.
Perusahaan inilah yang bertanggungjawab memasarkan Ford Laser.
"Pengalaman Pak Hendra yang sukses memasarkan Yamaha sangat
bermanfaat buat proyek ini," kata Halim.
Mampukah Laser bersaing? Sulit diramalkan. Hasyim Ning, sebagai
pemegang saham mayoritas di Harapan Mobil, mengakui belakangan
ini merk mobil Barat (Fiat, Ford, Chevrolet, dan Chrysler) yang
diageninya terpukul hebat. Fiat, misalnya, sulit bersaing karena
harganya kelewat tinggi, dan kelangkaan suku cadang. "Pesanan
suku cadang mobil itu sering delapan bulan baru datang,"
katanya. "Karena pihak pabrik turut membantu, Toyota dan
Mitsubishi sampai punya bengkel servis di banyak kota."
Laser memang belum menunjukkan ototnya. Tapi harga kosong
Corolla DX kini sudah berubah menjadi Rp 9,47 juta -- dari
semula Rp 9,64 juta. Kalangan di Toyota Astra Motor sendiri
memproyeksikan akan terjadi penurunan penjualan sekitar 15%
tahun ini. "Pasar sedang lemah," kata sumber itu. Tapi dia tetap
optimistis Corolla (yang keluar sejak 1972 dan sudah terjual
hampir 40 ribu unit) akan tetap disukai konsumen karena memiliki
nilai penjualan kembali yang tinggi, sebab didukung pelayanan
dan suku cadang kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini