Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kisah Jansen Manansang Mendirikan Taman Safari Indonesia, Semua Bermula dari Sirkus

Ini kisah Jansen Manansang pendiri Taman Safari Indonesia, kebun binatang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara.

8 November 2022 | 18.51 WIB

Jansen Manansang. antaranews.com
Perbesar
Jansen Manansang. antaranews.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Belum semua orang akrab mengenal nama Jansen Manansang. Tapi, jika ditanya tentang kebun binatang, mayoritas mungkin akan langsung teringat Taman Safari Indonesia atau TSI di Bogor. Jansen Manansang adalah salah satu pendiri tempat wisata suaka margasatwa terkenal di Asia Tenggara tersebut.

Profil Jansen Manansang Pendiri Taman Safari Indonesia

Jansen Manansang lahir di Jakarta pada 1942. Sebelum mendirikan Taman Safari Indonesia, sejak kecil Jansen bersama saudaranya, Frans Manangsang dan Tony Sumapau, telah mengikuti pekerjaan sang ayah, Hadi Manangsang. Ayahnya adalah pemain akrobat keliling. Kendati kala itu usia Jansen baru 7 tahun, ia dan kedua adiknya selalu ikut keliling rombongan sirkus bernama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tak cuma ikut, tiga bersaudara ini juga andil dalam pertunjukan. Supaya lihai berakrobat, bahkan tiap harinya mereka kudu latihan handstand selama sedikitnya 45 menit. Segala keperluan pertunjukan mereka siapkan secara pribadi, mulai dari pemain sirkus, melatih satwa, konsumsi, tenda, mengangkat peralatan, hingga mengurus perizinan. Berkat kerja keras, sirkus dan akrobat keluarga Manansang berjalan lancar, hingga mereka akhirnya memiliki sirkus bertenda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu ketika Tony tergigit harimau dan memerlukan pengobatan. Keluarga Manangsang kemudian pergi berobat ke Australia. Kala di negeri Kanguru itu, mereka melihat sebuah kebun safari. Dari sanalah muncul ide untuk mendirikannya kebun binatang. Keluarga Manangsang memang cinta betul dengan satwa. Mereka ingin para satwa dapat hidup di lingkungan alami. Bahkan Hadi memanggil anak-anaknya dengan sebutan macan. Macan Satu untuk panggilan Jansen, Macan Dua untuk panggilan Frans, dan Macan Tiga untuk panggung Tony.

Setelah pulang ke Indonesia, Hadi dan anak-anaknya akhirnya banting setir usaha. Mereka lantas mencari tempat untuk dijadikan lokasi suaka margasatwa. Kemudian ditemukanlah tempat yang cocok di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Ini adalah kebun teh yang tak lagi produktif seluas 60 hektare. Ide mendirikan marga satwa kemudian disampaikan kepada pemerintah. Mereka mendapat dukungan penuh. Pemerintah menyambung hangat keinginan Keluarga Manangsang untuk mendirikan tempat perlindungan satwa liar tersebut.

Kemudian pada 1980 dibangunlah kebun binatang dan menjadi yang pertama di ASEAN. Pembukaan suaka margasatwa yang kemudian dinamai Taman Safari Indonesia itu ternyata mendapat perhatian dan sambutan positif dari banyak pihak. Tempat wisata ini dianggap unik lantaran memiliki nilai edukatif. Taman ini ditetapkan sebagai Objek Wisata Nasional oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada masa itu Soesilo Soedarman, dan diresmikan menjadi Pusat Penangkaran Satwa Langka di Indonesia oleh Menteri Kehutanan masa itu Hasyrul Harahap, pada 16 Maret 1990.

Saat ini Jansen Manansang merupakan anggota dewan penasihat Association of Southeast Asian Zoos, sekaligus pelaksana dari Livestock Expert Group dari International Union for Conservation of Nature untuk wilayah Indonesia. Di bawah kepemimpinan Jansen, Taman Safari Indonesia saat ini merupakan kebun binatang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara.

Setelah lebih dari 50 tahun, kini Taman Safari Indonesia memiliki lebih dari 7.500 ekor satwa di lahan seluas 168 hektare. Selain itu, juga dikembangkan unit lain seperti Taman Safari Indonesia II di Prigen, Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Batang Dolphin Center, dan Jakarta Aquarium.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

 

 

 

 

 

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus