Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina (Persero), subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018-2023 membuat sejumlah masyarakat kecewa. Selain merugikan negara, kekecewaan timbul terkait adanya modus mengoplos BBM Pertalite menjadi Pertamax dalam perkara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pantauan Tempo, Pertamax menjadi salah satu topik populer atau trending topic di X (Twitter) dengan lebih dari 107 ribu cuitan (tweets) per Kamis, 27 Februari 2025 pukul 14.00 WIB. Lantas, bagaimana sebenarnya proses pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar minyak (BBM) siap pakai?
Proses Pengolahan Minyak Mentah Menjadi BBM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak secara garis besar dibagi menjadi lima. Pertama, proses distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih yang berlangsung di kolom distilasi atmosferik dan kolom destilasi vakum.
Kedua, proses konversi merupakan proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon. Proses konversi termasuk dekomposisi (perengkahan termal dan katalis), unifikasi (proses alkilasi dan polimerisasi), serta alterasi (proses isomerisasi dan catalytic reforming).
Ketiga, proses pengolahan yang dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon agar diolah lebih lanjut. Selain itu, proses pengolahan termasuk pengolahan minyak mentah (crude oil) menjadi produk akhir.
Keempat, formulasi dan pencampuran (blending), yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif. Tujuan dari blending BBM ialah untuk memperoleh produk akhir dengan spesifikasi tertentu.
Terakhir, proses-proses lainnya, seperti pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pengembalian sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya,
Perbedaan Pertalite dan Pertamax
Mengutip laman Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), warna bahan bakar gasolin yang dijual dibuat bermacam-macam. Tujuannya untuk membedakan jenis-jenis BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Warna-warna pada BBM tidak muncul dengan sendirinya, melainkan karena proses tertentu. Misalnya, Premium mempunyai warna kuning cerah yang berasal dari tambahan zat pewarna bernama dye, warna biru kehijauan untuk Pertamax, serta warna hijau terang pada Pertalite yang diperoleh dari bahan campuran Premium dan Pertamax.
Kemudian, Pertamax Turbo memiliki warna merah karena tidak menggunakan pewarna tambahan, sehingga pembakarannya diklaim lebih sempurna. Berbeda halnya dengan solar yang biasanya berciri fisik kuning kecoklatan lantaran berasal dari hasil penyulingan minyak mentah.
Mengacu pada laman MyPertamina, Pertalite mempunyai angka oktan atau research octane number (RON) 90, lebih tinggi daripada bahan bakar Premium berjenis RON 88. Pertalite disebut sebagai salah satu BBM terlaris selain Premium, serta cocok digunakan untuk jenis kendaraan dengan kompresi mesin 9:1 hingga 10:1.
Sementara itu, Pertamax adalah BBM produksi Pertamina dengan angka oktan minimal 92. Angka oktan yang tinggi pada Pertamax diklaim membuat pembakaran menjadi lebih sempurna dan tidak meninggalkan residu, sehingga sangat direkomendasikan untuk kendaraan bermotor sehari-hari.
Selain itu, Pertamax juga menawarkan keunggulan berkat keberadaan formula Pertatec (Pertamina Technology), yaitu formula zat aditif yang memiliki kemampuan membersihkan endapan kotoran pada mesin. Pertamax cocok digunakan untuk kendaraan keluaran 2000-an di jalanan Indonesia yang cenderung macet.
Pilihan Editor: Mengapa Penyaluran Solar Bersubsidi Sering Salah Sasaran