Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut kampung nelayan modern (Kalamo) di Desa Samber dan Binyeri, Biak Numfor, Papua memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan nelayan hingga mencapai Rp 14,89 miliar dalam tiga tahun pertama operasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan KKP Anastasia Rita Tisiana. Ana menjelaskan, sebelum adanya intervensi pemerintah, pendapatan masyarakat di kampung tersebut hanya mencapai Rp 1,42 miliar per tahun. Namun, setelah pembangunan fasilitas dan pendampingan dari pemerintah, pendapatan tersebut dapat melonjak menjadi Rp 4,9 miliar per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhitungan tersebut didasarkan pada hasil pembangunan fasilitas, bantuan sarana penangkapan ikan dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan penyuluhan.
"Ada beberapa intervensi yang sudah kami lakukan dengan anggaran dari pemerintah, dengan menggunakan APBN. Ada pembangunan fasilitas, baik untuk pembangunan fasilitas pokok produksi perikanan, ada juga pembangunan fasilitas pengusaha perikanan seperti yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP),” tutur Ana dalam acara Bincang Bahari bertajuk Kampung Nelayan Modern di KKP pada Rabu, 6 Desember 2023.
Ana menjelaskan, untuk saat ini pendapatan nelayan sekitar Rp 5 juta dengan mengandalkan perahu motor tempel dua mesin. Menurutnya, pendapatan nelayan bisa mencapai sekitar Rp 17 juta per bulan (per kapal), jika intervensi pemerintah dapat dioptimalkan.
Namun, Ana menekankan bahwa perhitungan tersebut bersifat ideal dan bergantung pada kemampuan masyarakat sendiri dalam mengoptimalkan bantuan dan intervensi pemerintah.
Selanjutnya: "Tidak hanya dilepas, kami kasih bantuan...."
"Tidak hanya dilepas, kami kasih bantuan, enggak. Nanti akan tetap terus didampingi. Kemudian, dilihat apakah mungkin setiap tahun yang kita lihat dampaknya sudah ada perkembangan dari peningkatan kapasitas masyarakat,"
Ana merinci bahwa kampung nelayan modern atau Kalamo melibatkan 177 rumah tangga perikanan (nelayan) dari total 207 kartu keluarga (KK) di Desa Samber dan Binyeri. Lalu, dengan kontribusi penjualan sekitar 800-1.000 kilogram ikan per hari di Pasar Fandoi serta pendapatan usaha perikanan rata-rata Rp 3 juta per bulan.
Sebelumnya, Sekretaris Ditjen Perikanan Tangkap Trian Yunanda juga menuturkan, dalam rangka implementasi program Kalamo di Desa Samber dan Binyeri, KKP telah melibatkan berbagai strategi. Infrastruktur dan fasilitas usaha telah dibangun untuk mendukung kegiatan perikanan, sarana penangkapan ikan disalurkan untuk memastikan nelayan memiliki alat yang memadai.
Selain itu, pembentukan koperasi produsen perikanan menjadi salah satu langkah penting untuk memperkuat daya saing dan keberlanjutan usaha. Kegiatan pelatihan dan pendampingan usaha melalui social engineering juga menjadi fokus utama dalam implementasi Kalamo. Hal ini bertujuan agar seluruh fasilitas yang telah dibangun dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat.
KKP berharap, melalui Kalamo, Desa Samber dan Binyeri dapat menjadi model inspiratif bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi perikanan yang besar. Program ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor perikanan.