Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Devi Rahmawati, mengatakan lemahnya kompetensi digital di Indonesia menyebabkan uang masyarakat hilang. Jumlah uang yang hilang itu mencapai Rp 14 triliun dari 2011 sampai 2020 akibat pemiliknya terjerat pinjaman online atau investasi abal-abal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Uang masyarakat yang hilang sia-sia karena terjerat pinjol ilegal, ada yang karena salah investasi, dan sebagainya itu, akhirnya lebih dari Rp 14 triliun," kata Devie dalam diskusi virtual pada Kamis, 21 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uang yang raib, tutur Devie, rencananya dipakai si pemilik untuk tabungan atau haji. Bahkan, ada uang yang telah disiapkan untuk menyekolahkan anak ke luar negeri.
"(Uang) Hilang sia-sia akibat kompetensi digital yang lemah," ucap Devi.
Devi menuturkan Kominfo sudah memiliki desain program agar sumber daya manusia (SDM) di Indonesia tak hanya memiliki kecakapan digital, tapi juga etika, budaya digital, serta pemahaman tentang keamanannya. Apalagi, di era yang telah berkembang, kegiatan masyarakat, termasuk urusan ekonomi, bersinggungan dengan aktivitas digital.
Kominfo, Devie melanjutkan, bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Dikti telah mendorong peningkatan kualitas SDM melalui penebalan kapasitas digital. Dia menyebut Kominfo memiliki tanggung jawab tidak hanya membangun infrastruktur, tapi SDM.
Adapun peningkatan kapasitas kemampuan SDM, tutur Devie, dilakukan sejak tahun lalu. Salah satunya melalui kampanye. Kominfo menargetkan pada 2024, 50 juta orang telah memiliki kemampuan digital.
Baca juga: Terkini Bisnis: 27 Perusahaan di Kasus Minyak Goreng, BI Tahan Suku Bunga
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.