Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kontraktor Suramadu Asal Cina Lirik Jembatan Batam-Bintan

Proyek jembatan yang menghubungkan Batam dengan Bintan diincar investor asal Cina.

2 Maret 2018 | 21.18 WIB

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, masih ada pro dan kontra terhadap usulan wilayah Madura yang ingin memekarkan diri menjadi provinsi. Dok. TEMPO/Fully Syafi
Perbesar
Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, masih ada pro dan kontra terhadap usulan wilayah Madura yang ingin memekarkan diri menjadi provinsi. Dok. TEMPO/Fully Syafi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Investor asal Cina disebut-sebut tertarik membangun dan mendanai proyek jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau dengan perkiraan investasi sedikitnya Rp4 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Gubernur Provinsi Kepri Nurdin Basirun mengatakan, beberapa investor asing sudah menyampaikan keinginannya tersebut. "Salah satunya (investor asal Cina) yang membangun Jembatan Suramadu (Surabaya--Madura)," kata Nurdin seusai makan siang bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono, Jumat, 2 Maret 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jembatan Suramadu dibangun kontraktor China Communication Construction Group (CCCG), sebuah BUMN milik pemerintah Cina.

 

Menurut Gubernur, jika jembatan sepanjang kurang lebih 7 kilometer tersebut direalisasikan, tidak hanya menguntungkan Kepri, tetapi juga nasional. Pasalnya, keberadaan jembatan tersebut  dapat menarik investasi dari pengusaha nasional maupun asing.

"Sekarang kami menunggu scheme aturan dari pemerintah," kata Nurdin. Pemprov, tuturnya, siap memberi kemudahan antara lain, perizinan melalui pelayanan satu atap.

Menteri Basoeki ketika dimintai konfirmasinya membenarkan jika sudah banyak investor asing yang tertarik membangun jembatan tersebut, terutama dari Cina. Menurutnya, pemerintah masih akan mengkaji lebih lanjut skema pembangunannya.

"Apakah dibangun sepenuhnya oleh swasta, KPBU (kerja sama pemerintah dengan badan usaha), atau APBN. Semuanya harus dikaji."

Beberapa waktu lalu, Kementerian PUPR pernah menyatakan bahwa proyek pembangunan Jembatan Batam-Bintan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Badan Pengusahaan Batam.

Direktur Jembatan Kementerian PUPR Iwan Zarkasi, ketika itu mengatakan bahwa pembangunan jembatan yang menghubungkan kedua pulau di Provinsi Kepulauan Riau itu belum termasuk ke dalam program pembangunan jembatan bentang panjang pada 2018.

Menurutnya, penanggung jawab program tersebut berada di Badan Pengusahaan Batam (BP Batam). “Saya belum mengetahui tentang rencana itu. Belum ada program pembangunan Jembatan Batam-Bintan untuk jembatan bentang panjang tahun depan, dan belum ada pembicaraan sama sekali,” ujarnya kepada Bisnis.com.

Seperti dikutip dari The Strait Times pada saat itu, Jembatan Batam-Bintan pertama kali diinisiasi oleh Batam Industrial Development Authority (BIDA) pada 2005. Pasca melakukan studi kelayakan pada 2012, sebuah perusahaan Korea Selatan disebut-sebut berminat untuk ikut serta dalam proyek ini. Akan tetapi, proyek tersebut batal dibangun.

Pemerintah daerah berusaha menghidupkan kembali jembatan tersebut untuk menggenjot konektivitas di Kepulauan Riau. Infrastruktur yang menghubungkan Pulau Batam—Pulau Tanjung Sauh—Pulau Bau—Pulau Bintan ini pun disebut-sebut membutuhkan dana sekitar US$350 juta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus